Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Seskab Sebut Diplomasi Tarif Dagang Berjalan Efektif, AS Turun Eropa Nol Persen

Pemerintah Indonesia dinilai telah menjalankan diplomasi dagang secara sangat efektif untuk pasar Amerika Serikat dan Eropa.
Leo Dwi Jatmiko,Maria Yuliana Benyamin
Rabu, 16 Juli 2025 | 05:20
Aktivitas ekspor - impor di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas ekspor - impor di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Diplomasi dagang Indonesia dengan Eropa dan Amerika Serikat (AS) dinilai berjalan cukup efektif. Indonesia sempat dikenakan tarif tinggi, sebelum akhirnya AS melunak. 

Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya mengatakan melalui panggilan telepon yang dilakukan pada malam hari waktu Eropa, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prabowo Subianto sepakat untuk menurunkan tarif dagang dari yang awalnya 32% menjadi 19%. 

Sementara itu, perjanjian dagang dengan Eropa makin terbuka, yang berpeluang meningkatkan ekspor Indonesia, tanpa dikenakan tarif sama sekali. 

“Diplomasinya sangat efektif. Pasar di Eropa nol tarif, pasar Amerika penurunan tarif,” kata Teddy kepada Bisnis, Rabu (16/7/2025). 

Diketahui, proses penyelesaian Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) ditargetkan rampung pada September 2025.

IEU-CEPA akan memasuki babak baru  dengan penandatanganan dan pertukaran surat antara Pemerintah Indonesia dan Komisi Eropa sebagai bentuk kesepakatan politik tingkat tinggi untuk mendorong percepatan finalisasi perundingan perjanjian ini.

Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani menyampaikan pemerintah Indonesia dan Komisi Eropa telah menyepakati poin-poin yang tertuang dalam perjanjian tersebut dan rencananya akan segera rampung pada September 2025.

“Rencananya tentunya ini [IEU-CEPA] bisa segera ditandatangani, legalnya itu dalam waktu bulan September [2025],” kata Rosan

Seiring dengan hal itu, Rosan mengharapkan agar perjanjian ini dapat diratifikasi sesegera mungkin. Rosan menilai perjanjian ini menjadi hal yang positif di tengah meningkatnya geopolitik dan geoekonomi yang tidak menentu.

Menurut Rosan, adanya perjanjian ini dapat membuka akses pasar kedua negara dan meningkatkan nilai perdagangan bagi kedua belah pihak. 

“Diharapkan dengan adanya IEU-CEPA ini, trade-nya bisa meningkat menjadi US$60 miliar dan kurang lebih US$30 miliar,” ujarnya. 

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan melalui perjanjian dagang IEU—CEPA, produk Indonesia yang masuk ke Eropa tidak akan dikenakan bea masuk alias tarif 0%.

“Berarti antara Indonesia dan EU itu akan produk kita bisa masuk ke Eropa dengan tarif 0%,” kata Airlangga dalam keterangan pers dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (13/7/2025).

Menko Airlangga mengungkap negosiasi perjanjian dagang IEU—CEPA telah memasuki tahun ke-10 dengan lebih dari 19 putaran. Namun, dia memastikan perundingan IEU—CEPA akan rampung dan segera ditandatangani Presiden.

“IEU—CEPA ini kita sudah berunding masuk tahun ke-10, lebih dari 19 putaran. Namun seluruh isunya akan selesai. Dan ini tentu merupakan sebuah milestone baru di tengah situasi ketidakpastian,” ujarnya.

Rencananya, Airlangga menuturkan bahwa perjanjian IEU—CEPA ini akan ditandatangani pada kuartal III/2025 di Jakarta. Sayangnya, dia enggan memberikan informasi lebih detail terkait jadwal penandatanganan IEU—CEPA.

“Nanti akan ada penandatanganan di kuartal ke-3 tahun ini dan di Jakarta. Tapi kita tunggu pengumuman dari Presiden. Jadi kita tidak, tidak spill-spill,” pungkasnya.

Ketua Umum Apindo, Shinta W Kamdani menilai Uni Eropa bisa memberikan kepastian iklim perdagangan atau investasi di tengah peningkatan tekanan ketidakpastian iklim ekonomi.

Menurut Shinta, melalui perjanjian dagang IEU—CEPA, Indonesia bukan hanya dapat menikmati akses pasar yang lebih luas dan kompetitif di Uni Eropa, melainkan juga memiliki peluang yang lebih besar untuk mengerek arus investasi dari Uni Eropa.

“Apabila pasar AS menjadi semakin challenging karena tambahan-tambahan Tarif Trump, Indonesia bisa mempergunakan Uni Eropa sebagai salah satu pasar tujuan ekspor alternatif untuk mengupayakan stabilitas kinerja ekspor dan pertumbuhan ekonomi,” kata Shinta. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper