Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Tantang Ekonom Proyeksi Harga Minyak: Saya Pingin Tahu Aja

Sri Mulyani mengatakan Kemenkeu menggunakan data dari lembaga seperti International Energy Agency (IEA) dan konsensus Bloomberg untuk memprediksi harga minyak.
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Rabu (31/8/2022)./Bisnis-Wibi Pangestu Pratama
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Rabu (31/8/2022)./Bisnis-Wibi Pangestu Pratama

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menantang para ekonom yang hadir untuk memberikan proyeksinya terhadap harga minyak mentah dunia tahun depan, lantaran harga minyak mentah saat ini penuh dengan ketidakpastian.

Hal tersebut disampaikan Sri Mulyani dalam Sarasehan 100 Ekonomi Indonesia 2022, Rabu (7/9/2022), ketika membahas rencana anggaran subsidi energi di 2023. 

Terkait rencana anggaran subsidi energi tahun depan, Sri Mulyani menyampaikan saat ini tengah membahas hal tersebut bersama dengan DPR RI. 

Asal tahu saja, anggaran subsidi yang telah disiapkan pemerintah untuk 2023 lebih dari Rp340 triliun dengan asumsi harga minyak berada di kisaran US$90 per barel. 

“Tentu kita juga melihat ketidakpastian mengenai outlook dari harga minyak. Coba saya tanya 100 ekonom yang berkumpul dalam sarasehan ini, saya mau tanya proyeksi minyak Anda tahun depan seperti apa? Cara ngitungnya gimana? Saya pingin tahu aja,” tanya Sri Mulyani kepada para ekonom yang hadir dalam Sarasehan 100 Ekonomi Indonesia 2022.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menuturkan, dalam melihat prediksi harga minyak mentah dunia, Kementerian Keuangan menggunakan data dari lembaga kredibel seperti International Energy Agency atau IEA hingga konsensus Bloomberg.

Kendati demikian, Kementerian Keuangan paling tidak mengidentifikasi dua faktor yang akan sangat dominan memengaruhi harga minyak termasuk komoditas tahun depan.

Kementerian Keuangan juga akan melihat kemungkinan jika outlook negara maju masuk ke dalam resesi. Pasalnya, jika negara maju masuk ke dalam resesi, maka dapat dipastikan permintaan terhadap minyak mengalami penurunan sehingga tekanan terhadap kenaikan harga diprediksi akan turun.

“Harga akan turun, tidak lagi mencapai di atas US$100 [per barel],” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper