Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah memutuskan untuk melakukan penyesuaian terhadap harga Pertalite, Solar dan Pertamax. Hal ini menyebabkan kenaikan harga BBM yang mulai berlaku sejak Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB.
"Hari ini tanggal 3 September 2022 pukul 13.30 WIB, pemerintah memutuskan untuk menyesuaikan harga BBM subsidi," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam konferensi pers di Istana Negara pada Sabtu (3/9/2022).
Dengan demikian, harga Pertalite yang semula Rp7.650 per liter naik menjadi Rp10.000 per liter, Solar menjadi Rp6.800 per liter dari Rp5.150 per liter, dan Pertamax naik menjadi Rp14.500 per liter dari harga sebelumnya Rp12.500 per liter.
Baca Juga
Naiknya harga BBM sudah pasti berdampak terhadap inflasi. Sejumlah ekonom memperkirakan, inflasi hingga akhir tahun berada di kisaran 5-7 persen.
Berikut sejumlah proyeksi inflasi dari berbagai ekonom di Indonesia.
- Bank Mandiri (BMRI)
Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Faisal Rachman memproyeksikan inflasi pada akhir 2022 berada pada kisaran 6,27 persen, atau lebih tinggi dari angka proyeksi awal BMRI sebesar 4,60 persen.
Mereka juga memberikan catatan bahwa dampak dari kenaikan harga BBM masih akan berlanjut di 2023 terutama pada semester pertama.
"Hal ini disebabkan adanya kondisi sticky price atau harga beberapa barang dan jasa yang cenderung lambat terhadap penyesuaian harga," kata Faisal dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (6/9/2022).
Dengan demikian, BMRI memprediksi inflasi pada 2023 berpotensi berada pada kisaran 3,50-4,00 persen. - LPEM FEB UI
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI (LPEM FEB UI) Teuku Riefky memperkirakan inflasi di akhir tahun berada di kisaran 6-7 persen.
Selain itu, LPEM FEB UI menduga, akan ada beberapa kenaikan suku bunga acuan lagi hingga akhir 2022.
"Kami menduga akan meningkat 50-75 bps hingga akhir tahun," kata Riefky kepada Bisnis, Senin (6/9/2022). - Indef
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memprediksi, inflasi pada September mendatang kemungkinan berada di sekitar 7,25 persen secara tahunan (year-on-year). Sementara, untuk pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun diprediksi berada di 5 persen. - Core
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet memperkirakan, inflasi di 2022 berada di kisaran 5-8 persen, dengan asumsi kenaikan harga BBM Pertalite tidak diikuti secara bersamaan dengan kenaikan harga pangan terutama bahan pangan strategis.
Kendati demikian, Yusuf mengatakan bahwa angka tersebut masih akan kembali disesuaikan CORE paling dekat pada November mendatang ketika mereka melakukan outlook.