Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Pangan Global Kembali Alami Penurunan

Harga rata-rata pangan global kembali mengalami penurunan pada Agustus 2022.
Ilustrasi ladang gandum/World Economic Forum
Ilustrasi ladang gandum/World Economic Forum

Bisnis.com, JAKARTA - Food and Agriculture Organization (FAO) melaporkan, harga rata-rata pangan global kembali mengalami penurunan pada Agustus 2022.

Seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (5/9/2022), penurunan pada bulan lalu tersebut menjadi yang kelima berturut-turut pada tahun ini. Hal itu di antaranya disebabkan oleh mulai meningkatnya pasokan sejumlah bahan pangan dan menurunnya permintaan terhadap beberapa bahan pangan.

Berdasarkan catatan FAO, panen gandum di belahan bumi bagian utara memberikan angin segar bagi pasokan pangan global. Di sisi lain, sejumlah produk biji-bijian seperti gandum mulai bisa mengalir dari Ukraina. Sebelumnya, pasokan gandum global sempat terhambat akibat konflik antara Rusia dan Ukraina.

Adapun, indeks untuk biaya pangan global turun 1,9 persen pada Agustus dari bulans ebelumnya.

Penurunan harga pangan global menawarkan sedikit kelegaan bagi konsumen saat mereka bergulat dengan tekanan akibat krisis ekonomi.

Di sisi lain, kendati harga bahan pangan mengalami penurunan, harga jual produk olahan berpeluang berada di level yang tinggi. Sebab, dengan naiknya harga bahan bakar seperti minyak, gas dan batu bara berpeluang meningkatkan biaya pemrosesan.

Pada bulan lalu, harga minyak nabati tercatat mengalami pelemahan. Tingginya pasokan minyak kelapa sawit dari Indonesia, membuat harga komoditas tersebut menjadi tertekan ke bawah.

Sementara itu, stok susu secara global tetap memadai, apalagi Selandia Baru berencana meningkatkan produksi. Importir unggas utama mengurangi pembelian mereka, sementara permintaan domestik untuk daging sapi di eksportir utama melemah.

Namun, kekhawatiran atas dampak kekeringan pada panen jagung sebagian mengimbangi penurunan harga biji-bijian. Dan sementara lebih banyak biji-bijian meninggalkan Ukraina, volumenya masih jauh di bawah normal dan kehilangan lahan pertanian dan harga lokal yang lemah mengancam panen gandum berikutnya.

Selain harga energi yang tinggi, kuatnya nilai tukar dolar AS diperkirakan mempengaruhi produk pangan olahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper