Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Pilih Tawarkan Utang ke Emak-Emak Dibandingkan Investor Asing

Menkeu Sri Mulyani mengaku memilih tawarkan utang ke emak-emak dan generasi milenial dibandingkan investor asing. Apa alasannya?
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Rabu (31/8/2022)./Bisnis-Wibi Pangestu Pratama
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Rabu (31/8/2022)./Bisnis-Wibi Pangestu Pratama

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah meningkatkan porsi penerbitan surat utang dari dalam negeri, terutama untuk investor ritel agar porsi kepemilikan domestik semakin kuat. Kepemilikan domestik, yang sebagian didominasi kalangan emak-emak dan generasi milenial, justru sangat membantu ketahanan keuangan negara selama pandemi. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa saat ini porsi kepemilikan asing dalam portofolio surat utang negara (SUN) adalah 15 persen. Dalam kondisi itu, pemerintah ingin terus memperdalam porsi kepemilikan domestik dalam portofolio surat utang.

Menurutnya, penguatan investor domestik merupakan strategi untuk mengurangi risiko keuangan negara dari dinamika dan gejolak global. Namun, investor dalam negeri pun harus bervariasi, tidak hanya terpusat di perbankan yang selama ini menjadi pemegang terbanyak.

"Di dalam negeri siapa yang memegang? Mayoritas perbankan, tetapi kami memperdalam ritel. Penerbitan ritel langsung ke masyarakat kami naikkan porsinya," kata Sri Mulyani usai rapat kerja dengan Komisi XI DPR serta sejumlah pimpinan kementerian dan lembaga lain, Rabu (31/8/2022).

Upaya itu menurutnya mulai menunjukkan hasil, selama pandemi Covid-19 terlihat bahwa investor ritel SUN tumbuh pesat. Mayoritas investor baru itu bahkan merupakan ibu-ibu atau emak-emak dan para generasi milenial.

"[Strategi] memecah sampai denominasi terkecil Rp500.000, sehingga tidak perlu punya uang ratusan juta untuk bisa beli SUN, bisa setengah juta. Ini untuk menciptakan investor based dari masyarakat yang ikut mendanai pembangunan, dan mereka akan merasa memiliki," katanya.

Sri Mulyani menilai bahwa selama pandemi terjadi kenaikan dana pihak ketiga (DPK) di perbankan karena orang-orang menahan belanja. Dalam kondisi itu, bank justru kesulitan menyalurkan kredit sehingga dana menumpuk dan SBN menjadi opsi paling masuk akal untuk mengembangkan DPK.

"Pergeseran kepemilikan SBN [ke segmen ritel] itu jangan sampai menyebabkan value-nya turun terlalu besar," kata Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper