Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama berkaitan dengan investasi hingga konsumsi masyarakat.
Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) atau suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen.
"Naiknya suku bunga sudah pasti berdampak pada pertumbuhan ekonomi, terutama berkaitan dengan investasi hingga konsumsi dan seberapa cepat transmisi kenaikan suku bunga oleh sektor perbankan," kata Josua kepada Bisnis, Selasa (23/8/2022).
Kemudian dari sisi inflasi, dia memperkirakan dampak kenaikan suku bunga BI akan tercermin dalam indeks keyakinan konsumen dan indeks penjualan ritel lantaran dua bulan terakhir mulai mengalami penurunan.
Berdasarkan data Bank Indonesia, optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi mengalami penurunan pada Juli 2022. Hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juli 2022 sebesar 123,2, turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 128,2. Namun demikian, optimisme konsumen pada periode tersebut tetap terjaga dalam zona optimis.
Lebih lanjut, Josua memprediksi perekonomian Indonesia akan membaik pada kuartal III/2022.
"Untuk kuartal III/2022 sendiri, pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2022," imbuhnya
Meskipun pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2022 diproyeksi lebih tinggi dari kuartal sebelumnya, Josua menuturkan kenaikan pertumbuhan ekonomi ini lebih disebabkan oleh low base effect pada kuartal III/2021, yang melambat akibat penyebaran varian Delta Covid-19.
Perlambatan akan mulai terasa pada kuartal IV/2022 mendatang, yang diprediksi bakal melambat hingga di bawah 5 persen. Adapun secara umum, Josua memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2022 akan berkisar pada 5,0 persen - 5,2 persen.
"Dengan ekspektasi masih solidnya pertumbuhan ekonomi, maka pertumbuhan kreditpun diperkirakan akan tetap solid di kisaran 9-11 persen yoy mengingat kondisi likuiditas yang tetap mendukung penyaluran kredit perbankan," ujarnya.