Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha busana muslim mengeluh kepada Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan terkait minimnya bahan baku atau kain dalam industri tersebut. Ekosistem industri fesyen muslim pun saat ini dinilai pelaku usaha masih belum mendukung produk Indonesia untuk ekspor.
Desainer dan juga pengusaha fasyen muslim Ivan Gunawan misalnya, mengaku kesulitan mencari bahan di Indonesia sehingga dirinya harus impor dari China. Meski begitu, Ivan mengatakan kain-kain China tersebut masih kurang mendukung produksinya, terutama busana untuk kalangan kelas menengah ke atas.
“Bahan baku kain, Pak. awal-awal kita beli bahan dari China tapi barangnya dari China ada lampu hijau, lampu merah, lampu kelap-kelip. Karya kita akhirnya tersendat,” kata Ivan dalam acara “Indonesia Muslim Fashion From Local Wisdom for Global Inspiration” di Kementerian Perdagangan, Selasa (23/8/2022).
Ivan mengatakan, sebenarnya Indonesia mempunya kain-kain yang kualitasnya bagus, tapi harganya relatif mahal. Untuk kain batik dan songket misalnya, harganya di atas Rp3 juta per lembar. Hal tersebut tentunya tidak bisa menjangkau kalangan masyarakat menengah ke bawah.
“Yang bisa membeli karya kita hanya kalangan menengah ke atas, sedangkan market dari A-Z karena komunitas muslim di Indonesia memang harus dari A-Z. Jadi kalau mau cuannya lebih banyak harus bermain di middle,” ungkap Ivan yang juga seorang selebritas itu.
Di samping itu, pengusaha yang memiliki merek busana muslim Mandjha Hijab itu meminta agar pemerintah khususnya Kemendag untuk memfasilitasi pengusaha-pengusaha fasyen untuk ekspor. Pasalnya, saat ini dukungan pemerintah dirasakan masih minim.
“Kita enggak tahu caranya ekspor harus bagaimana, apa yang harus disiapkan, cost-nya berapa. Ada Kemenlu juga membuat pameran tapi engga mau keluar uang,” ucap Ivan berseloroh.
Dalam kesempatan yang sama, pebisnis pakaian muslim Ria Miranda pun mengeluhkan hal yang sama dengan Ivan. Menurutnya, bahan baku di Indonesia masih belum memadai dalam mendukung produknya terutama busana berbahan songket asal Sumatra Barat.
“Perajin kan kadang belum bisa menerima keinginan kita. Kalaupun bersedia prosesnya sangat lama. Akhirnya kita mencari bahan dari China,” tutur Ria.
Pengusaha yang sudah memulai bisnisnya sejak 2009 itu juga meminta agar pemerintah mendukung industri fasyen muslim baik dari sisi hulu maupun hilir.