Bisnis.com, JAKARTA- Layanan digital telehealth PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO) yakni MySiloam semakin menunjukkan perkembangan positif. Berkat komitmen untuk memajukan industri kesehatan, Lippo Group terus mengembangkan bauran layanan di rumah sakit secara digital, mendorong kinerja SILO kian moncer.
Bahkan, riset yang diterbitkan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyebutkan keberadaan MySiloam akan menjadi penopang kinerja rumah sakit di bawah Lippo Group itu. Buktinya, terjadi peningkatan signifikan layanan berbasis digital MySiloam.
Pada 2021, pemeriksaan pasien melalui MySiloam melesat 546 persen YoY (year on year), dan sejak awal tahun 2022 akses pasien di MySiloam terus bertumbuh. Dengan kekuatan jaringan rumah sakit plus penguatan digital, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi SILO akan mampu membukukan pendapatan Rp8,128 triliun dan laba bersih Rp511 miliar pada tahun ini.
Sejauh ini, SILO menjadi pionir layanan digital kesehatan atau telehelath yang langsung digawangi rumah sakit. Melalui MySiloam memungkinkan pasien SILO untuk membuat janji dengan dokternya, baik itu konsultasi offline atau online melalui aplikasi.
Dengan memanfaatkan gawai, para pasien dan dokter juga dapat mengakses catatan rekam medis sehingga proses penanganan dapat berkesinambungan. MySiloam merupakan jembatan antara pasien dengan layanan rumah sakit, sekaligus memenuhi kebutuhan kesehatan jarak jauh yang terhubung dengan 1.000 dokter.
Keberadaan MySiloam ini merupakan wujud nyata strategi yang diterapkan Lippo Group dalam merambah dunia digital, khususnya di bawah Direktur Eksektutif Lippo Group John Riady. Sosok inipun dikenal sebagai pionir usaha ventura yang mengembangkan dan berhasil membesarkan berbagai usaha rintisan digital.
Baca Juga
John mengungkapkan strategi digitalisasi yang dijalani SILO selalu mengacu garis besar pengembangan Lippo Group. Meski terlihat sangat pro digitalisasi, dia menyimpulkan gerak masif teknologi informasi tidak seharusnya meninggalkan model bisnis konvensional.
Karena itu, John menilai apa yang dirintis SILO melalui MySiloam merupakan kolaborasi layanan kesehatan konvensional dengan teknologi digital. “Sejak awal saya meyakini bahwa tidak ada serba digital yang vis a vis dengan layanan konvensional, keduanya harus dikolaborasikan. Istilah kerennya omnichannel,” kata John.
Dia menjelaskan strategi omnichannel ini tidak saja terdapat pada SILO, melainkan pula di berbagai lini bisnis Lippo Group. Selain SILO, jelas John, MPPA (Matahari Putra Prima) juga telah berkolaborasi dengan Tokopedia.
John meyakini bahwa perkembangan digital harus saling memperkuat dengan layanan konvensional, terlebih lagi untuk karakter masyarakat Indonesia. “Kalau di sini untuk segmen ritel, belanja daring itu masih 10 persen, sedangkan 60 persen masih pasar tradisional, sisanya ritel modern. Jadi memang harus omnichannel,” tegasnya.
Terlebih lagi, John menilai untuk sektor kesehatan walaupun sangat memungkinkan memanfaatkan perkembangan teknologi digital untuk meningkatkan layanan, juga harus mempunyai layanan terbaik secara fisik.
“Terlebih lagi, perekonomian diperkirakan semakin bertumbuh dan kebutuhan akan fasilitas kesehatan semakin tinggi. LPKR melalui SILO akan terus melanjutkan ekspansi. Kami memiliki misi untuk memenuhi kebutuhan healthcare di Indonesia, dan tentunya berkomitmen untuk terus bertumbuh," simpul John.
Karena itu, SILO pun berkomitmen terus melakukan ekspansi. Sedangkan dari layanan digital, selain mengandalkan My Siloam, SILO juga telah bekerja sama dengan platform lain seperti AIDO, HaloDoc, dan Alodokter.