Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet memprediksi inflasi bakal berada di kisaran di atas 5-8 persen tahun ini atau lebih tinggi dari batas atas sasaran 3,0±1 persen jika harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi naik.
Secara historis, katanya, kenaikan ataupun kebijakan menaikkan harga BBM selalu berkorelasi positif terhadap peningkatan inflasi umum di tahun berjalan. Pada 2018, dia menjelaskan pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM. Setelah pemerintah menerapkan kebijakan tersebut, inflasi umum mengalami kenaikan dan ikut menyumbang pada peningkatan inflasi pada tahun tersebut.
"Saya kira kondisinya juga akan relatif sama di tahun ini. Apalagi kita melihat sebenarnya tanpa memasukkan faktor BBM, inflasi di Indonesia saat ini sudah relatif tinggi. Bahkan secara year on year, kita melihat pertumbuhan inflasi relatif di atas target inflasi setahun penuh yang dicanangkan oleh pemerintah," kata Yusuf kepada Bisnis, Senin (22/8/2022).
Kemudian jika melihat inflasi secara tahun kalender, menurutnya peluang inflasi bakal melebihi target yang disampaikan pemerintah. Apalagi, jika ditambah dengan rencana pemerintah menaikkan harga BBM dalam waktu dekat ini.
"Kami menilai inflasi untuk tahun 2022 dengan memasukkan faktor naiknya harga BBM, bisa berada di kisaran diatas 5 persen sampai dengan 8 persen," ujarnya.
Dengan kenaikan tersebut, dia meminta agar pemerintah saat ini sudah mulai memikirkan bagaimana memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak dengan naiknya harga BBM, agar kenaikan inflasi tak menggerus daya beli masyarakat secara luar, terutama masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya telah memberi sinyal kemungkinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengumumkan kenaikan harga BBM dalam minggu ini.
Pasalnya, pemerintah sudah tidak bisa terus mempertahankan harga Pertalite dan Solar di harga saat ini lantaran subsidi BBM dan kompensasi energi yang bengkak hingga Rp502 triliun pada APBN 2022.
"Itu modelling ekonominya saya kira sudah dibuat, nanti mungkin minggu depan Presiden akan mengumumkan mengenai apa, bagaimana, mengenai kenaikan harga [BBM] ini," ujar Luhut.