Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahlil: Freeport Bukan Lagi Milik Asing, Sudah Milik Indonesia

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengapresiasi Freeport yang membangun industri smelter terbesar di dunia di JIIPE, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjadi inspektur upacara peringatan HUT ke-77 RI di Tembagapura, Papua yang pada Rabu (17/8 - 2022) pagi / Dok. BKPM.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjadi inspektur upacara peringatan HUT ke-77 RI di Tembagapura, Papua yang pada Rabu (17/8 - 2022) pagi / Dok. BKPM.

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menegaskan, PT Freeport Indonesia (PT FI) bukan lagi milik asing seperti sebelumnya. Pasalnya, 51 persen saham PT FI sudah menjadi milik Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Bahlil saat menjadi inspektur upacara peringatan HUT ke-77 RI di Tembagapura, Papua hari ini Rabu (17/8/2022).

"Harus diingat, PT FI bukan lagi milik asing seperti dahulu. PT FI sudah milik Indonesia. 51 persen sahamnya sudah milik Indonesia. Milik kita semua," kata Bahlil dalam keterangan resmi, Rabu (17/8/2022).

Pada kesempatan tersebut, Bahlil mengapresiasi langkah PT FI dalam membangun industri smelter terbesar di dunia yang berlokasi di JIIPE, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Adanya pembangunan smelter tembaga kedua PT FI ini, diharapkan dapat berjalan sesuai dengan target, yaitu akan selesai pada akhir 2023 dan mulai beroperasi pada Mei 2024.

Bahlil juga berkomitmen memberikan dukungan penuh terhadap PT FI dalam merealisasikan rencana investasinya tersebut.

"Tambang Freeport ini adalah salah satu yang berkelas di dunia. Kalau kita mampu mengelola dengan baik, ini akan memberikan satu bargain posisi tersendiri Indonesia di mata dunia, bahwa kita sebagai anak negeri bisa mengelola sumber daya dalam negeri dengan baik," ujarnya.

Menurut Bahlil, saat ini hilirisasi industri di Indonesia sudah pada jalur yang benar. Dia menuturkan pada 2017 lalu, defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Tiongkok mencapai US$18 miliar, dan di 2021 masih tercatat defisit sebesar US$2,5 miliar.

Namun, pada semester I/2022 ini, neraca perdagangan Indonesia dengan Tiongkok tercatat surplus sebesar US$1 miliar, dan secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia juga tercatat surplus sebesar US$15,55 miliar.

Dia juga mengingatkan agar PT FI terus melakukan kolaborasi dengan pengusaha lokal dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sekitar area pertambangan dalam berbagai bentuk kemitraan yang berkelanjutan, sehingga tercipta multiplier effects yang positif dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di daerah.

"Saya ingin menyampaikan dampak investasi harus terasa di daerah. Setiap investasi yang masuk dalam seluruh NKRI harus berkolaborasi dengan pengusaha dan UMKM daerah. Kita harus menjadikan daerah menjadi tuan di negeri sendiri," ujar Bahlil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper