Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-gara Putin Serang Ukraina, Ekonomi Rusia Kian Terpuruk

Ekonomi Rusia sekarang kian terpukuk kira-kira setara dengan ukurannya pada 2018 lalu. Semua gara-gara Vladimir Putin serang Ukraina.
Mural Gerakan Nasional Kadet Angkatan Darat Muda di Moskwa, Rusia, Kamis (24/2/2022). Pasukan Rusia menyerang Ukraina setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan operasi untuk demiliterisasi Ukraina, yang memicu kecaman internasional dan ancaman AS akan sanksi berat lebih lanjut terhadap Moskwa. /Bloomberg-Andrey Rudakov
Mural Gerakan Nasional Kadet Angkatan Darat Muda di Moskwa, Rusia, Kamis (24/2/2022). Pasukan Rusia menyerang Ukraina setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan operasi untuk demiliterisasi Ukraina, yang memicu kecaman internasional dan ancaman AS akan sanksi berat lebih lanjut terhadap Moskwa. /Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA - Serangan Rusia ke Ukraina telah membuat perekonomian negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin kian terpuruk bahkan kembali seperti kondisi 2018. Ekonomi Rusia yang meningkat pesat pada awal 2022 mengalami kontraksi selama kuartal II/2022. 

Data terbaru menunjukkan produk domestik bruto (PDB) menyusut untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun, namun bernasib lebih baik dari perkiraan, turun 4 persen secara tahunan.

Menurut Bloomberg Economics, dengan mempertimbangkan output yang hilang, PDB sekarang kira-kira setara dengan ukurannya pada 2018 lalu.

Ekonom Rusia Alexander Isakov menyampaikan, adanya sanksi internasional yang ditujukan ke Rusia akibat perang telah mengganggu perdagangan dan membuat industri seperti manufaktur mobil lumpuh sementara belanja konsumen meningkat.

"Meskipun penurunan ekonomi sejauh ini tidak secepat yang diantisipasi pertama, bank sentral memproyeksikan kemerosotan akan memburuk di kuartal-kuartal mendatang, mencapai titik terendah pada paruh pertama tahun depan," katanya seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (13/8/2022).

Deputi Gubernur Bank of Russia Alexey Zabotkin pada briefing di Moskow mengatakan, ekonomi Rusia akan bergerak menuju keseimbangan jangka panjang.

"Ketika ekonomi mengalami restrukturisasi, pertumbuhannya akan berlanjut," ujarnya.

Bank Rusia telah merespon dengan capital controls dan menaikkan suku bunganya guna menahan gejolak di pasar dan rubel.

Stimulus fiskal dan putaran pelonggaran moneter yang berulang dalam beberapa bulan terakhir juga mulai muncul, menumpulkan dampak sanksi internasional. Ekstraksi minyak telah pulih dan pengeluaran rumah tangga menunjukkan tanda-tanda stabil.

"Krisis bergerak di sepanjang lintasan yang sangat mulus," kata ekonom utama Rusia di CentroCredit Bank Evgeny Suvorov.

Pada hari Jumat, bank sentral menerbitkan rancangan prospek kebijakannya untuk tiga tahun ke depan, memperkirakan ekonomi akan memakan waktu hingga 2025 untuk kembali ke tingkat pertumbuhan potensial 1,5 persen - 2,5 persen.

Proyeksi bank untuk 2022-2024 tetap tidak berubah, dengan perkiraan PDB masing-masing menyusut 4 persen - 6 persen dan 1 persen - 4 persen tahun ini dan berikutnya.

Laporan itu juga mencakup apa yang disebut skenario risiko di mana kondisi ekonomi global semakin memburuk dan ekspor Rusia mendapat sanksi tambahan. Jika itu terjadi, kemerosotan ekonomi Rusia tahun depan mungkin lebih dalam daripada selama krisis keuangan global pada tahun 2009 dan pertumbuhan baru akan dilanjutkan pada tahun 2025.

Tanggapan oleh pihak berwenang sejauh ini telah memastikan pendaratan yang lebih lembut untuk ekonomi yang diperkirakan analis pada satu titik akan berkontraksi 10 persen pada kuartal kedua.

Ekonom dari bank termasuk JPMorgan Chase & Co. dan Citigroup Inc. telah meningkatkan pandangan mereka dan sekarang melihat output turun sedikitnya 3,5 persen dalam setahun penuh.

Meski begitu, Bank of Russia memperkirakan PDB akan menyusut 7 persen pada kuartal ini dan bahkan mungkin lebih dalam tiga bulan terakhir tahun ini.

Buntunya pengiriman energi ke Eropa menimbulkan risiko baru bagi perekonomian. Penurunan bulanan dalam produksi minyak akan dimulai segera pada  Agustus, menurut Badan Energi Internasional, yang memperkirakan produksi minyak mentah Rusia akan turun sekitar 20 persen pada awal tahun depan.

"Kemerosotan pada  2022 akan kurang dalam dari yang diharapkan pada  April," kata bank sentral dalam sebuah laporan tentang kebijakan moneter bulan ini. Menurut mereka, pada saat yang sama, dampak guncangan pasokan mungkin lebih lama dari waktu ke waktu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper