Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus memantau proses pembentukan holding dan subholding PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN yang tengah didorong Kementerian Badan Usaha Milik Negara sejak awal tahun ini.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan kementeriannya meminta agar pembentukan holding dan subholding pada perusahan listrik pelat merah itu dapat membawa efisiensi pada kinerja PLN ke depan. Dengan demikian, Rida berharap PLN dapat lebih kuat secara finansial di tengah komitmen pemerintah untuk mempercepat transisi energi.
“Subholdingisasi itu harus bisa menjamin kecepatan dalam membentuk keputusan itu saja kami titipkan, kalau ujung-ujungnya efisiensi berdampak pada anggaran negara malah nambah begitu ya nanti dulu,” kata Rida saat ditemui di Kementerian ESDM belum lama ini.
Kendati demikian, Rida yang juga menjabat sebagai Komisaris PLN, mengatakan pemerintah bersama dengan PLN masih mencari bentuk untuk sejumlah subholding yang akan dibentuk nanti. Misalkan terkait dengan subholding pembangkit, pemerintah masih mengkaji terkait dengan kriteria anak usaha yang nanti mengurusi aset pembangkit listrik eksisting seperti PLTU yang belakangan bakal dipensiunkan dini.
“Belum tahu PLTU, apakah berdasarkan jenis atau wilayah seperti yang sekarang ini, masih proses tapi subholdingisasinya masih jalan tapi pengelompokannya ini sangat detil itu nanti,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebutkan pembentukan holding dan subholding PLN pada tahun ini dalam skema virtual.
Baca Juga
"Holding dan subholding PLN sendiri rencananya tahun ini akan virtual dulu, sebelum kita dorong benar-benar menjadi holding dan subholding pada tahun depan," ujar Erick Thohir seperti dilansir Antara, Senin (9/5/2022).
Dia mengatakan pembentukan holding dalam PLN akan mereplikasi kesuksesan di Pertamina. Target akhirnya antar bisnis tidak saling tergantung. Untuk PLN, Erick menilai salah satu yang dibutuhkan adalah bisnis Beyond Kwh atau lebih dari sekadar menjual listrik.
"Karena memang kabel-kabel yang sekarang dimiliki oleh PLN memiliki nilai tambah atau value added sendiri, yang kita bisa lakukan tentu membantu daripada penetrasinya dalam digitalisasi," kata Erick.
Menurut dia, sisi bisnis lain dari PLN yang juga kuat adalah lini pembangkit listrik atau power plant. Menurutnya dengan Indonesia kaya akan hydropower, sinar matahari, angin, dan panas bumi saat yang sama banyak negara tetangga tidak memiliki kekayaan alam ini, maka menjadi peluang bagi PLN untuk menjual kelebihan produksi ke luar negeri.
"Kenapa juga banyak negara melihat potensi energi terbarukan di Indonesia, ini salah satu yang kita mau sama-sama rajut tapi bukan berdiri sendiri. PLN sendiri tetap akan fokus pada transmission dan juga return daripada listriknya secara baik, serta tentu ini kita dorong apakah namanya digitalisasi dalam pelayanan kepada masyarakat supaya tepat sasaran," kata Erick.