Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan tingkat konsumsi listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN tumbuh 6 persen secara tahunan.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana mengatakan kenaikan konsumsi listrik itu turut memperbaiki arus kas perusahaan listrik pelat merah tersebut.
“Bagus 6 persen year on year, maksudnya Juni tahun ini dibandingkan dengan Juni 2021 itu sudah naik 6 persen,” kata Rida saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (4/8/2022).
Rida menambahkan kinerja positif itu turut mengoreksi posisi take or pay (TOP) PLN pada kontrak pembelian listrik yang terlanjur besar pada produsen listrik swasta.
“Listriknya sudah pasti ada, tumbuh dari segi korporasi akan menurunkan posisi take or pay,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, PLN berhasil menekan beban biaya take or pay kontrak pengadaan listrik dari pengembang listrik swasta atau independent power producer (IPP) mencapai Rp37 triliun sepanjang 2021.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menuturkan keberhasilan itu turut mengerek torehan laba bersih perseroan mencapai Rp13,17 triliun pada 2021 atau lebih tinggi dibandingkan laba bersih 2020 sebesar Rp5,99 triliun.
“Kami sudah melakukan renegosiasi kontrak yang tadi kami sudah hadapi oversupply yang masuk di 2021. Kami mampu kapitalisasi sekitar Rp37 triliun pengurangan beban take or pay,” kata Darmawan seusai konferensi pers terkait tarif listrik triwulan III/2022, Jakarta, Senin (13/6/2022).
Di sisi lain, Darmawan mengatakan perseroan juga secara intensif menekan biaya investasi dan operasional selama pandemi Covid-19. Malahan dia mengatakan, PLN berhasil memangkas utang sebesar Rp62,5 triliun dan beban operasional dengan bunga mencapai Rp14 triliun selama dua tahun terakhir.