Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat lapangan usaha industri pengolahan atau nonmigas tumbuh 4,33 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal II/2022 atau melambat dibanding kuartal I yang naik 5,47 persen yoy.
“Tapi secara total industri juga tumbuhnya 4,01 juga melambat dibanding Q1 yang tumbuhnya 5,07. Jadi untuk industri tetap tumbuh 4,01 tapi melambat,” ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam siaran pers virtualnya, Jumat (5/8/2022).
Dia menambahkan, di masing-masing subsektornya, industri makanan dan minuman (mamin) masih tumbuh 3,68 persen. Hal ini didorong peningkatan konsumsi saat Ramadhan dan Idul Fitri, namun tertahan pertumbuhannya karena menurunnya ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan minyak goreng yang terjadi pada kuartal II 2022.
“Industri tekstil dan pakaian jadi, tumbuhnya signifikan yakni tumbuh 13,74 persen. Hal ini didorong peningkatan permintaan pakaian jadi saat momen Ramadhan dan Idul Fitri,” jelas Margo.
Kemudian, lanjut Margo, lapangan usaha pertambangan pada kuartal II 2022 tumbuh 4,01 persen, lebih tinggi dibandingkan kuartal I yang tumbuhya 3,82 persen. Hal tersebut tak lepas dari permintaan batubara yang meningkat karena konflik Rusia dan Ukraina.
Menurut Margo pertumbuhan tersebut terjadi karena didorong oleh peningkatan tembaga dan emas yang tumbuh 22,37 persen.
“Kemudian pertambangan batu bara tumbuh 4,25 persen. Seiring dengan peningkatan permintaan luar negeri, terutama saat Eropa melarang pembelian batu bara dari Rusia dan Ukraina, karena ada konflik Rusia dan Ukraina,” tuturnya.
Adapun BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2022 mencapai 5,44 persen yoy. Sementara itu bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya tumbuh 3,72 persen.
“Secara tahunan, kinerja ekonomi triwulan II/2022 sudah lebih tinggi daripada sebelum pandemi,” kata Margo.