Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga TBS Masih Rendah, Pengusaha Sawit Lepas Tangan

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan rendahnya harga Tandan Buah Segar atau TBS murni mekanisme pasar.
Petani Sawit yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menggelar aksi demonstrasi menolak larangan ekspor CPO di depan Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa, 17 Mei 2022 - BISNIS/Annasa Rizki Kamalina.
Petani Sawit yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menggelar aksi demonstrasi menolak larangan ekspor CPO di depan Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa, 17 Mei 2022 - BISNIS/Annasa Rizki Kamalina.

Bisnis.com, JAKARTA- Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan petani seharusnya mengeluh rendahnya harga tandan buah segar (TBS) kepada pasar. Sebab, menurut dia, pasarlah yang menentukan harga TBS, termasuk minyak harga minyak sawit.

Hal tersebut dia sampaikan dalam acara Focus Grup Discussion (FGD) “Mempercepat Hilirisasi Kebun Sawit Rakyat dengan Kemitraan” yang disiarkan secara daring, Kamis (4/8/2022).

“Jadi kalau petani itu ngeluh, protes [harga TBS rendah], protesnya kepada pasar. Karena harga yang membuat harga itu pasar. Kita tidak bisa mengatur-atur harga. Kalau harga diatur-atur yang terjadi seperti sekarang ini, terjadi distorsi dimana-mana,” ujar Joko dalam sambutannya.

Joko menambahkan bahwa kemitraan antara pengusaha sawit dengan petani penting sebagai jembatan agar saling mengambil akses. Dari sisi pengusaha bisa mengakses apa yang ada di hilir, sebaliknya juga petani bisa meningkatkan kualitas kebun dan kepastian tata niaganya.

“Mudah-mudahan dengan kemitraan ini petani mendapatkan kepastian tata niaga, out taker, pengusaha juga mendapat kepastian suplai, kepastian dalam berkelanjutan sehingga menguntungkan,” ungkapnya.

Dengan kemitraan, lanjut Joko, diharapkan juga kedua belah pihak bisa memperoleh marjin yang baik dari harga sawit.

“Jadi bahasanya bukan petani mendapatkan harga yang baik. Yang betul petani mendapatkan margin yang terbaik. Gimana caranya? Produktivitasnya tinggi, costnya rendah. Sehingga dalam kondisi bergejolak pun kita mendapatkan marginyang baik,” jelasnya.

Beberapa bulan ini, semenjak terjadi pelarangan ekspor minyak sawit mentah (CPO) pada April lalu, harga TBS masih sulit merangkak naik segacara signifikan. Padahal, pemerintah sudah membuka kembali ekspor CPO. Bahkan, saat ini pemerintah sudah menghapus pungutan ekspor (PE) CPO.

“Obatnya mendongkrak TBS adalah Permendag Nomor 46/2022 harus menjadi rujukan penetapan harga TBS Petani, ganti DMO DPO dengan subsidi MGS Minyakita dengan danan BPDPKS; dan revisi Permentan 01 2018 [Yang membedakan harga TBS petani swadaya dan plasma],” ungkap Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Kamis (4/8/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper