Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Fiskal dan publik Suryadi Sasmita menyampaikan bahwa Indonesia diuntungkan dari fenomena lonjakan harga komoditas di pasar global. Ada 5 komoditas unggulan Indonesia yang mengalami kenaikan harga yang tinggi.
Kelima komoditas tersebut diantaranya batu bara, bauksit, timah, minyak sawit, dan nikel. Kenaikan lonjakan harga komoditas tersebut, kata dia, mendorong posisi cadangan devisa Indonesia tetap kuat di tengah ancaman inflasi yang tinggi saat ini.
“Pegangan kita di lima komoditas ini, melonjaknya cukup baik sehingga cadangan devisa bisa dipertahankan,” katanya dalam Webinar Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook 2022, Rabu (3/8/2022).
Tingkat inflasi yang tinggi mendorong sejumlah negara melakukan pengetatan kebijakan moneter, salah satunya Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed yang pada Juli 2022 kembali menaikkan suku bunga acuan secara agresif sebesar 75 basis poin.
Kenaikan suku bunga acuan di negara maju menjadi tantangan dengan menahan aliran masuk modal asing bagi negara berkembang, termasuk Indonesia.
Meski lonjakan inflasi tinggi di banyak negara, dia menilai dampaknya ke Indonesia, terutama pada nilai tukar rupiah tidak akan besar. Pasalnya, kata dia, posisi cadangan devisa Indonesia saat ini cukup kuat.
Baca Juga
“Kita masih bisa mempertahankan [rupiah] di level Rp15.000 per dolar AS karena cadangan devisa kita kuat,” katanya.
Di samping itu, imbuhnya, kepemilikan investor asing pada Surat Berharga Negara (SBN) pun semakin menurun, sehingga dampak pada pelemahan rupiah lebih terbatas.
“Bond yang dulunya 40 persen dikuasai asing sekarang sudah menurun ke 19 persen bahkan bisa ke 15 persen. Artinya perekonomian kita kuat sehingga kita bisa gantikan dolar AS yang pulang kampung, di-cover masyarakat atau perbankan kita sendiri,” jelasnya.