Bisnis.com, JAKARTA - Platform perdagangan Robinhood memangkas hampir seperampat pegawainya karena kondisi ekonomi dan merosotnya pasar cryptocurrency.
Dilansir dari The Guardian pada Rabu (3/8/2022), kabar terkait pemotongan 23 persen pegawainya mengemuka ketika perusahaan membukukan penurunan pendapatan sebesar 44 persen pada kuartal II/2022.
Robinhood mengklaim bahwa keputusan pemangkasan karyawan ini sebagai bagian dari ‘reorganisasi.’
“Tahun lalu, kami mengelola banyak fungsi operasi kami dengan asumsi bahwa peningkatan keterlibatan ritel yang kami lihat dengan pasar saham dan kripto di era Covid akan bertahan hingga 2022,” tulis Chief Executive Officer (CEO) Vladimir Tenev.
Namun, sejak saat itu justru terlihat kerusakan tambahan pada lingkungan makro, dengan inflasi pada level tertinggi 40 tahun disertai dengan jatuhnya pasar aset kripto secara luas.
Sebelumnya, Robinhood telah memangkas 9 persen tenaga kerjanya pada bulan April karena adanya posisi dan fungsi kerja yang berganda sehingga tidak efisien.
Baca Juga
Interface Robinhood yang mudah digunakan membuatnya menjadi populer di kalangan investor muda yang berdagang dari rumah dengan cryptocurrency dan saham, seperti GameStop Corp selama pandemi Covid-19.
Namun, perusahaan telah membukukan penurunan pendapatan menyusul kekhawatiran basis pelanggannya karena kenaikan suku bunga dan inflasi yang tinggi.
Ini bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang mengalami kemerosotan. Platform pertukaran crypto Coinbase dan BlockFi juga telah berjuang di tengah anjloknya pasar kripto dengan memberhentikan ratusan pegawai mereka.
Diketahui, Robinhood membukukan pendapatan bersih untuk kuartal kedua sebesar US$318 juta yang berasal dari pendapatan ekuitas, opsi, dan perdagangan crypto lebih dari setengahnya. Jumlah ini anjlok bila dibandingkan dengan US$565 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun, pengguna aktif bulanan Robinhood juga turun sekitar sepertiga menjadi 14 juta per Juni 2022 dibandingkan dengan 21,3 juta pada kuartal kedua 2021.