Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PDB Hong Kong Terkontraksi 1,4 Persen di Kuartal II/2022

Angka ini lebih rendah dari proyeksi ekonom yang memperkirakan kontraksi PDB sebesar 0,2 persen.
Pemandangan Pelabuhan Victoria di Hong Kong terlihat dari The Peak, foto file Agustus 2017./Reuters
Pemandangan Pelabuhan Victoria di Hong Kong terlihat dari The Peak, foto file Agustus 2017./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Hong Kong mengalami kontraksi di kuartal kedua berturut-turut, di tengah meningkatnya tantangan karena suku bunga naik dan perdagangan global melemah.

Dilansir Bloomberg pada Senin (1/8/2022), Produk Domestik Bruto (PDB) Hong Kong turun 1,4 persen pada kuartal II/2022 dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Angka ini lebih rendah dari proyeksi ekonom yang memperkirakan kontraksi PDB sebesar 0,2 persen.

Perekonomian Hong Kong berada di bawah tekanan karena pembatasan Covid-19 mengekang aktivitas bisnis dan konsumen, sementara wabah di China mengganggu perdagangan.

Pada saat yang sama, bank sentral Hong Kong harus menaikkan suku bunga untuk mengimbangi Federal Reserve yang hawkish guna mempertahankan nilai tukar dolar Hong Kong terhadap dolar AS.

Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan mengatakan ekspor, konsumsi, dan investasi telah berada di bawah tekanan, yang semuanya akan memaksa Hong Kong merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 1 – 2 persen pada pertengahan bulan depan.

Meskipun Hong Kong telah melonggarkan beberapa jarak sosial dan pembatasan Covid-19 mulai April setelah gelombang virus corona kelima mereda, penjualan ritel dan ekspor lambat pulih.

Kota ini tetap menjadi salah satu tempat terakhir di dunia yang mempertahankan karantina yang ketat untuk pelancong yang datang, sehingga menahan pertumbuhan sektor pariwisata.

Ekonom DBS Group Holdings Ltd Samuel Tse mengatakan sebelum rilis data PDB bahwa momentum pertumbuhan di Hong Kong masih lamban, bahkan jika prospek dapat membaik pada paruh kedua tahun ini, terutama jika Hong Kong membuka kembali perbatasannya dengan seluruh dunia.

“Kenaikan suku bunga AS tambahan dan risiko terkait Covid di China akan terus meredam sentimen investor dan menghadirkan ketidakpastian,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper