Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Hong Kong mengalami kontraksi di kuartal kedua berturut-turut, di tengah meningkatnya tantangan karena suku bunga naik dan perdagangan global melemah.
Dilansir Bloomberg pada Senin (1/8/2022), Produk Domestik Bruto (PDB) Hong Kong turun 1,4 persen pada kuartal II/2022 dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Angka ini lebih rendah dari proyeksi ekonom yang memperkirakan kontraksi PDB sebesar 0,2 persen.
Perekonomian Hong Kong berada di bawah tekanan karena pembatasan Covid-19 mengekang aktivitas bisnis dan konsumen, sementara wabah di China mengganggu perdagangan.
Pada saat yang sama, bank sentral Hong Kong harus menaikkan suku bunga untuk mengimbangi Federal Reserve yang hawkish guna mempertahankan nilai tukar dolar Hong Kong terhadap dolar AS.
Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan mengatakan ekspor, konsumsi, dan investasi telah berada di bawah tekanan, yang semuanya akan memaksa Hong Kong merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 1 – 2 persen pada pertengahan bulan depan.
Meskipun Hong Kong telah melonggarkan beberapa jarak sosial dan pembatasan Covid-19 mulai April setelah gelombang virus corona kelima mereda, penjualan ritel dan ekspor lambat pulih.
Baca Juga
Kota ini tetap menjadi salah satu tempat terakhir di dunia yang mempertahankan karantina yang ketat untuk pelancong yang datang, sehingga menahan pertumbuhan sektor pariwisata.
Ekonom DBS Group Holdings Ltd Samuel Tse mengatakan sebelum rilis data PDB bahwa momentum pertumbuhan di Hong Kong masih lamban, bahkan jika prospek dapat membaik pada paruh kedua tahun ini, terutama jika Hong Kong membuka kembali perbatasannya dengan seluruh dunia.
“Kenaikan suku bunga AS tambahan dan risiko terkait Covid di China akan terus meredam sentimen investor dan menghadirkan ketidakpastian,” katanya.