Bisnis.com, JAKARTA - Heineken NV, produsen bir asal Belanda, melaporkan penjualan yang lebih baik dari perkiraan karena permintaan yang tetap tinggi meskipun tekanan inflasi membayangi.
Heineken mengungkapkan volume bir pada paruh pertama naik 7,6 persen secara organik, lebih baik dari perkiraan analis sebesar 5,73 persen.
Hasilnya menunjukkan bahwa konsumen bir sejauh ini menoleransi kenaikan harga di tengah melonjaknya inflasi.
Sebelumnya, Heineken memperingatkan pada awal tahun ini bahwa konsumen dapat mengurangi pembelian akibat kenaikan harga dan hal ini akan mengancam pemulihan industri dari pandemi.
“Jumlah harga yang kami dan pihak lain ambil di beberapa titik mungkin mulai berpengaruh dan itulah mengapa kami berhati-hati,” kata Chief Executive Officer Heineken Dolf van den Brink dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg.
Saham Heineken tercatat turun sebanyak 3,5 persen di awal perdagangan. Mereka turun 5,2 persen tahun ini.
"Perusahaan menaikkan harga rata-rata 8,9 persen pada semester pertama dari tahun sebelumnya dan lebih banyak kenaikan mungkin terjadi di sisa tahun ini," ungkap Chief Financial Officer Harold van den Broek.
Baca Juga
Heineken menegaskan kembali prospeknya untuk pertumbuhan moderat tahun ini karena rebound permintaan masih diselimuti oleh perang Rusia di Ukraina dan tekanan pertumbuhan harga.
Ini merevisi panduannya untuk tahun 2023 dan sekarang mengharapkan pertumbuhan organik laba operasi satu digit menengah hingga tinggi alih-alih menargetkan margin operasi 17 persen.
"Bagi kami, kinerja yang lebih kuat dari yang diharapkan pada tahun 2022 lebih dari kehati-hatian untuk tahun 2023 dan kami pikir stok akan pulih sepanjang hari," kata Trevor Stirling, Direktur Pelaksana untuk minuman beralkohol Eropa dan Amerika di Bernstein Autonomous LLP.
Pendapatan organik Heineken naik 22 persen menjadi 16,4 miliar euro atau US$16,8 miliar, didorong oleh kenaikan harga dan cuaca yang baik di Eropa serta pemulihan permintaan di Amerika Latin.
Produsen bir ini juga melaporkan laba bersih yang disesuaikan sebesar 1,33 miliar euro atau tumbuh 40 persen dari tahun sebelumnya.
Padahal, Heineken sebelumnya mengatakan pihaknya memperkirakan penurunan 400 juta euro karena perang di Ukraina.