Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Suara Tax Amnesty Kembali Digelar, Staf Khusus Menkeu: Buruk Bagi Kepatuhan Pajak

Program pengampunan pajak berulang dapat menciptakan mentalitas yang tidak baik bagi wajib pajak.
Petugas melayani wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga, Jakarta, Senin (25/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas melayani wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Tiga, Jakarta, Senin (25/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Staf Khusus Kementerian Keuangan Yustinus Prastowo menyampaikan, program pengampunan pajak atau lebih dikenal dengan tax amenesty tidak dapat dilakukan berulang karena menciptakan mentalitas buruk bagi wajib pajak.

Pernyataan ini menjawab hasil survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia  pada periode 9-12 Juli 2022 melalui telepon dengan 1.246 sampel responden.

"Permanent tax amnesty bisa buruk bagi kepatuhan pajak dalam jangka panjang karena orang  akan nyicil  kepatuhannya," kata Prastowo dalam Rilis Survei Nasional Indikator Politik Indonesia yang digelar secara virtual, Minggu (31/7/2022).

Berdasarkan hasil survei, umumnya responden cukup mendukung penerapan sanksi tegas (27,9 persen) maupun program PPS kembali dilakukan (26,8 persen)  bagi wajib pajak yang tak mengikuti PPS/Tax Amnesty.

Sementara, kelompok responden yang tahu PPS maupun kelompok tahu PPS dan berpendapatan lebih dari Rp4 juta per bulan lebih banyak yang setuju jika PPS kembali diadakan bagi wajib pajak yang tak mengikuti PPS/Tax Amnesty dimana masing-masing 46,5 persen dan 49,5 persen.

"Yang tahu PPS/Tax Amnesty ataupun PPS/Tax Amnesty dan berpendapatan lebih dari Rp4 juta per bulan mereka ingin diberikan kesempatan lagi untuk PPS," ujar Direktur Eksekutif  Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi.

Prastowo menjelaskan, jika tax amnesty menjadi permanen, maka wajib pajak akan mencicil kepatuhan tersebut sehingga dikhawatirkan dapat merusak kewibawaan dan kepercayaan kepada otoritas.

"Kami tidak sepakat, harusnya DPR dan pengusaha juga sepakat  bahwa kalau pengampunan  itu diberikan terlalu sering, akan menciptakan  mentalitas yang tidak baik," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper