Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral Jepang yang mempertahankan bunga di level minus dinilai sangat potensial untuk menjadi mitra investasi Indonesia.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengungkapkan, Jepang tengah mengalami saving glut dan tingkat suku bunga di Jepang masih dipertahankan pada level minus 0,1 persen, sehingga memicu investasi keluar dari Jepang.
"Ini akhirnya memicu terjadinya investasi keluar dari Jepang dan mencari negara lain dengan imbal hasil yang lebih baik, salah satunya adalah Indonesia," kata Bhima kepada Bisnis, Rabu (28/7/2022).
Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo tengah melakukan serangkaian kunjungan luar negeri ke tiga negara Asia Timur, yakni China, Jepang dan Korea Selatan. Dari Jepang, Presiden mendapatkan komitmen investasi senilai US$5,2 miliar atau sekitar Rp75 triliun.
Dengan melihat keadaan Jepang saat ini, menurut Bhima Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menarik investasi ke Indonesia. Bhima juga mengungkapkan empat sektor potensial untuk dijajaki di masa mendatang.
Pertama, ada sektor otomotif. Menurut dia, selain demografi Indonesia yang mulai didominasi oleh usia produktif, Indonesia juga memiliki sumber daya alam (SDA) sebagai bahan baku untuk manufaktur dari Jepang. Hal ini, lanjut Bhima dapat dimanfaatkan untuk sektor otomotif.
"Ke depan diharapkan pengembangan dari ekosistem kendaraan listrik baik motor maupun mobil. Itu menjadi daya tarik investasi. Tujuannya untuk menyerap tenaga kerja sekaligus juga mengurangi emisi karbon," jelas dia.
Kedua adalah sektor elektronik. Bhima menuturkan, konsumsi domestik Indonesia masih terbilang cukup solid bahkan dibandingkan dengan negara-negara maju maupun negara-negara berkembang yang ada di kawasan Asia sehingga permintaan elektronik ini mulai rebound.
Dia memperkirakan, ke depannya Jepang mungkin lebih tertarik untuk mengembangkan semikonduktor, lantaran ketergantungan semikonduktor di China dan Taiwan ternyata juga tidak bisa dipastikan ketersediaan pasokannya.
"Lebih baik Indonesia bisa menarik investasi Jepang untuk membangun perusahaan semikonduktor di dalam negeri," ucapnya.
Sektor ketiga adalah energi baru terbarukan (EBT). Menurutnya, ini menjadi salah satu peluang yang sangat besar. Sebagaimana diketahui, total kebutuhan pendanaan untuk mitigasi lingkungan hidup paling besar dari sektor energi dan transportasi, yang membutuhkan Rp4.000 triliun. Gap tersebut dapat diisi dari investasi asing yang masuk ke Indonesia. Sektor keempat adalah infrastruktur.
"Jepang kan sangat mendorong penyelesaian dari pelabuhan partimbang misalnya, untuk mengurangi biaya logistik, mempercepat pengiriman barang dan pada akhirnya membuat daya saing Indonesia lebih meningkat dibandingkan dengan negara-negara lainnya terutama Thailand dan Vietnam," ungkapnya.
Jokowi Bawa Oleh-Oleh Komitmen Investasi Rp75 T dari Jepang, Celios: Sangat Potensial
Jepang masih mempertahankan suku bunga level minus 0,1 persen sehingga terbuka peluang investasi keluar dari Jepang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Anggara Pernando
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
25 menit yang lalu
Jelang Pengumuman Kebijakan PPN 12%, Ekonom Beri Sejumlah Masukan
3 hari yang lalu