Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Amerika Resesi? Ini Reaksi Presiden Joe Biden

Ekonomi Amerika Serikat selama dua kuartal berturut berada dalam zona negatif alias terjadi perlambatan.
Presiden Joko Widodo (tengah) berpelukan dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pertemuan G7 di Jerman Senin, 27 Juni 2022./Tangkap layar Sekretariat Presiden.
Presiden Joko Widodo (tengah) berpelukan dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pertemuan G7 di Jerman Senin, 27 Juni 2022./Tangkap layar Sekretariat Presiden.

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin Presiden Joe Biden bersiap meluncurkan sejumlah stimulus untuk menahan ekonomi negaranya jatuh lebih dalam. 

Dilansir dari Bloomberg, Kamis (28/7/2022), bayang-bayang resesi di Amerika Serikat semakin terang setelah ekonomi terus menyusut dalam dua kuartal berturut-turut. 

Rekor inflasi yang menembus level tertinggi 40 tahun terakhir, melemahkan belanja konsumen dan kenaikan suku bunga Federal Reserve menjadi tekanan kuat bagi pelaku bisnis. Kenaikan bunga acuan juga membuat sektor properti kesulitan. 

Ekonomi Amerika menyusut sebesar 0,9 per Juni 2022. Sebelumnya per Maret, ekonomi AS juga turun menjadi 1,6 persen. 

Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan suatu  negara disebut resesi jika terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi, meningkatnya pengangguran, serta pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut. Artinya secara kasat mata AS sudah memenuhi meski sektor tenaga kerjanya masih menunjukkan data yang kuat. 

Posisi ekonomi AS yang tertekan ini, menurut Presiden Joe Biden sudah dapat diperkirakan. Dia mengatakan telah meminta Kongres untuk bertindak memberikan dukungan atas kebijakan energi hingga menaikkan pajak untuk orang kaya. 

"Tidak mengherankan bahwa ekonomi melambat setelah ekonomi pulih tahun lalu dan The Fed menaikkan suku bunga," kata Biden dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Bloomberg. 

Dia mengatakan seiring meningkatnya jumlah pekerjaan dan pertumbuhan belanja konsumen. Meski demikian, Biden  mendesak Kongres untuk dengan cepat meloloskan undang-undang untuk mendorong pengembangan energi bersih, menaikkan pajak pada perusahaan dan memberikan insentif untuk manufaktur semikonduktor AS. Kebijakan ini diyakini mampu menjaga pertumbuhan lapangan pekerjaan yang terjadi sejak pandemi.

Produk domestik bruto yang berkontraksi selama dua kuartal berturut-turut telah membuat anggota parlemen dari Partai Republik menyebut ekonomi AS berada dalam resesi. Meski demikian, kata ini tidak ada dalam pernyataan Biden.

Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan pada hari Rabu bahwa dia tidak percaya ekonomi AS berada dalam resesi karena indikator positif seperti lapangan kerja. Fed sendiri telah menaikkan suku bunga acuan menjadi 2,25 persen hingga 2,5 persen untuk meredam ekonomi AS yang semakin panas akibat inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper