Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Penjualan Melemah, Ini Alasan Investasi Apartemen Masih Layak!

Konsultan properti JLL Indonesia menilai investasi apartemen jangka panjang masih potensial untuk dipertimbangkan.
Sejumlah gedung bertingkat di Jakarta, Senin (16/3/2020). Bisnis/Abdurachman
Sejumlah gedung bertingkat di Jakarta, Senin (16/3/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan kondominium atau apartemen pada kuartal II/2022 masih menunjukkan tren yang relatif lemah. Terlepas dari itu, konsultan properti menilai investasi apartemen jangka panjang masih potensial untuk dipertimbangkan.

Dalam laporan terbaru yang dirilis konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL), di kuartal II tahun ini penjualan kondominium masih melambat di bawah 40 persen.

Padahal pada 2014, tingkat penjualan apartemen berada di angka 75 persen untuk seluruh produk yang ditawarkan di pasar. Setahun kemudian, tingkat permintaan tertekan dan berada di bawah angka 62 persen, tren tersebut berlanjut hingga beberapa tahun terakhir ini.

Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim kondisi tersebut berdampak pada harga yang juga tak mengalami kenaikan. Yunus menilai dalam kondisi ini, investasi jangka panjang lebih memungkinkan.

"Kalau kita lihat memang saat ini sektor kondominium minatnya masih minim dan tak ada kenaikan harga, sebetulnya memang kalau kita lihat investasinya itu lebih ke jangka panjang atau long term," Kata Yunus dalam paparan Media Brief 2Q22 Jakarta Property Market Update, Rabu (27/7/2022).

Yunus juga menjelaskan dari segi pengembang sendiri masih berhati-hati untuk memberikan kenaikan harga. Untuk berinvestasi, maka yang mesti dipertimbangkan saat ini memang untuk jangka panjang.

Terlebih, dalam laporan JLL disebutkan di kuartal II saat ini masih tersisa 34.000 unit yang belum selesai penawarannya di pasar. Sehingga pengembang masih fokus pada penjualan unit yang tersedia, daripada membangun proyek baru.

"Para pengembang terpantau masih tetap berhati-hati dalam meluncurkan produk baru dalam kondisi pasar saat ini ketika tingkat penjualan masih mengalami pelemahan, sehingga tidak ditemukan produk kondominium baru yang diluncurkan oleh para pengembang di kuartal ini," paparnya.

Adanya permintaan yang terbatas membuat harga masih realtif tidak ada pergerakan. Pengembang cenderung menarik minat pembeli dengan menawarkan cara pembayaran menarik sehingga tidak perlu menaikkan harga.

"Dengan PPKM yang relatif lebih longgar, pengembang mulai terlihat aktif dalam melakukan kegiatan pemasaran offline seperti penyelenggaraan pameran dan seminar," tambahnya.

Di sisi lain, Yunus menilai situasi pasar apartemen dari sisi pembeli maupun pengembang memang masih saling berhati-hati untuk melakukan transaksi maupun penambahan pasokan baru.

Namun, menurutnya tetap ada produk-produk yang dapat menarik respon dari pasar. Produk dengan harga terjangkau dan kedekatan dengan transit kemungkinan besar untuk mendapat respon positif pasar.

Juga, meski harga di wilayah-wilayah secara umum memang terlihat stagnan, untuk wilayah strategis masih berpotensi mendapatkan respon positif pasar dan ini dapat dilihat sebagai suatu peluang bagi investor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper