Bisnis.com, JAKARTA - Tren peningkatakan realisasi investasi pada kuartal II yang meningkat sebesar 7 persen menembus angka Rp320 triliun. Hal itu diyakini pelaku usaha bakal berlanjut pada semester II nanti meski adanya gejolak ekonomi global.
Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, salah satunya peran Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun ini.
Ketum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, momentum Presidensi G20 harus dimanfaatkan betul. Menurut dia, dengan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 ini akan semakin meyakinkan para calon investor untuk masuk ke Indonesia.
“Makanya kolaborasi dalam hal ini kementerian dengan dunia usaha sangat dibutuhkan, saling mendukung. Terutama masalah masalah kebijakan kita misalnya itu harus direspons cepat terkait kekhawatiran-kekhawatiran untuk investor masuk,” ujar Sarman kepada Bisnis, Rabu (20/7/2022).
Sarman mengatakan, pemerintah harus mengantisipasi aspek-aspek yang bakal menarik minat investor, seperti perizinan, masalah pertanahan atau agraria, infrastruktur dan energi.
“Mudah-mudahan ini yang harus juga diantisipasi karena ketika kita harapkan investor itu masuk daya tarik kita sudah dipenuhi dari aspek kelancaran perizinan, sarana prasarana seperti jalan, energi, dan dari sisi pertanahan,” jelas Sarman.
Baca Juga
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi pada kuartal II/2022 mencapai Rp302,2 triliun.
Capaian tersebut meningkat 7,0 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya yang realisasinya mencapai Rp282,4 triliun. Kemudian, jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2021, realisasi investasi tumbuh 35,5 persen (year-on-year/yoy).
Kendati optimis, Sarman mengatakan pemerintah mesti tetap memiliki strategi khusus. Utamanya, kata dia, menjaga hubungan baik dengan negara yang menjadi penyumbang 5 besar investasi kita, yaitu Singapura, China, Hongkong, Jepang dan Amerika.
“Ini harus kita jaga terus apalagi kondisi ekonomi mereka, tentu mereka ekonominya bisa dikatakan terkendali seperti halnya Indonesia,” ucapnya.