Bisnis.com, JAKARTA -- Pengembang rumah subsidi mulai kelimpungan dengan kondisi kenaikan bahan material yang belum juga diimbangi dengan penyesuaian harga jual rumah subsidi.
Terlepas dari itu, Pengamat Properti Panangian Simanungkalit menganggap kenaikan atau inflasi yang terjadi saat ini, termasuk pada harga bahan bangunan, masih dalam tahap normal dan tidak akan berimbas kerugian pada pengembang.
"Sepanjang kenaikannya itu wajar, artinya inflasi 3-5 persen tidak ada masalah," katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (20/7/2022).
Menurutnya, pengembang di Indonesia merupakan orang-orang yang tangguh dalam menghadapi krisis seperti ini. Pasalnya, pada tahun krisis moneter di tahun 1998 atau di tahun 2008 para pengembang telah berpengalaman menghadapinya.
"Mereka tuh bukan orang yang biasa, mereka sudah tangguh semua, jadi artinya kita harus melindungi konsumen, sisi konsumennya yang kita perlu lihat," tegasnya.
Panangian menerangkan di samping hak para pengembang yang juga harus dipertimbangkan, namun ada dari sisi konsumen yang minat dan daya belinya masih belum pulih.
Sebelumnya, para pengembang dari Real Estate Indonesia (REI), Asosiasi Pengembang dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI), dan asosiasi pengembang lainnya telah mengajukan usulan untuk menyesuaikan harga rumah subsidi hingga 7 persen.
"Mereka kan minta nya 7 persen tapi pemerintah harus melihat daya beli masyarakat tuh belum pulih karena kita Covid-19 dua tahun banyak pengangguran, sementara kebutuhan rumah adalah kebutuhan pokok," lanjutnya.
Memang, tidak dapat dipungkiri keuntungan yang diperoleh pengembang rumah sederhana akan berkurang. Tetapi, ia meyakini jika inflasi masih di bawah 5 persen maka pengembang tidak akan mengalami kerugian.
"Itu sudah terbiasa kita gak selalu harus untung besar dalam situasi apapun, dalam situasi yang seperti sekarang harus bagi penderitaan," ujarnya.
Menurut Panangian pemerintah juga perlu berhati-hati jika di bulan Juli ini akan menetapkan penyesuaian harga.
"Selama inflasi masih di bawah 5 persen masih aman. Jadi kalau pengusaha sedikit berkurang keuntungan itu biasa, suasananya memang tidak memungkinakan kita untuk untung gede sekarang ini," tandasnya.