Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Indonesia Beda dengan Sri Lanka, Tapi Potensi Resesi Tetap Ada

Ekonom Indef Didik J. Rachbini mengatakan kondisi ekonomi Indonesia beda dengan Sri Lanka, tapi potensi resesi tetap ada.
Ekonom Senior Indef Didik J. Rachbini. /Bisnis.com
Ekonom Senior Indef Didik J. Rachbini. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Senior Indef Didik J. Rachbini mengatakan risiko krisis ekonomi dan resesi tetap mengintai Indonesia, meskipun kondisinya berbeda dengan Sri Lanka.

"Indonesia dengan Srilanka jelas berbeda. Tetapi potensi resesi krisis dan resesi Indonesia memang ada. Dengan catatan, jika stabilitas politik lebih berat. Jika harga-harga terus naik, maka rakyat akan protes keras," ujarnya dalam acara diskusi online dengan tema "Ketahanan Indonesia di Tengah Ancaman Krisis", Minggu (17/8/2022).

Lebih lanjut, Rektor Universitas Paramadina tersebut mengatakan kondisi fundamendal Sri Lanka dan Indonesia memang tidak sama. Dia menilai orang tak bisa menarik simpulan Indonesia akan mengalami krisis seperti Sri Lanka.

Namun, kata dia, jika melihat krisis global sekarang dan Indonesia punya masalah berat seperti sekarang, maka potensi krisis pasti ada.
Menurutnya, potensi akan semakin besar jika stabilitas politik tidak memadai.

"Segala kebijakan hendaknya tetap care [peduli] terhadap krisis, kebijakan pembangunan IKN [Ibu Kota Negara] adalah contoh kebijakan yang tidak care terhadap krisis," imbuhnya.

Perbedaan Indonesia dan Sri Lanka lainnya, kata Didik, yaitu skala ekonomi. Dia mengatakan produk domestik bruto Indonesia saat ini sudah menembus US$1 triliun, sementara Sri Lanka hanya US$80 miliar.

Selain itu, dia mengatakan saat Indonesia krisis pada 1998 dan 2008, Sri Lanka justru tidak alami krisis. Karena itu, dia menilai tidak ada hubungan langsung antara Sri Lanka dan Indonesia.

Namun, dia mengatakan ada kesamaan antara Indonsia dan Sri Lanka, yaitu pemerintahannya menggelontorkan subsidi besar-besaran. Menurutnya, krisis harga bisa dikendalikan, tetapi dengan mengorbankan banyak sekali hal. Krisis barangkali bisa tertunda.

"Akan lebih baik seperti saran pak Jusuf Kalla [JK] agar menyesuiakan harga dengan kemampaun masyarakat tetapi golongan bawah dibantu pemerintah," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper