Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan agar langkah transisi menuju energi hijau jangan sampai membuat masyarakat semakin kesulitan, terutama mereka yang miskin dan rentan. Pasalnya, transisi itu membutuhkan biaya sangat besar dalam waktu panjang.
Hal tersebut disampaikan oleh Sri Mulyani dalam dialog Sustainable Finance for Climate Transition Roundtable. Dialog itu berlangsung pada Kamis (14/7/2022) sebagai bagian dari rangkaian acara pertemuan G20 di Bali.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina mendorong kenaikan harga energi, komoditas, dan pangan secara global. Hal itu dapat berdampak kepada upaya transisi energi hijau, karena biaya pemenuhan kebutuhan energi saat ini membengkak dan menyedot keuangan banyak negara.
"Dalam memitigasi dampak transisi ke ekonomi hijau, negara harus membuat stabilitas layanan publik, terutama soal harga. Negara manapun, baik maju maupun berkembang, ketika menghadapi kenaikan harga itu tidak akan berkelanjutan [upaya transisinya]," kata Sri Mulyani pada Kamis (14/7/2022).
Pemerintah harus terus berpegang terhadap prinsip just and affordable atas harga energi, serta mendorongnya ke negara-negara lain. Menurut Sri Mulyani, harus ada upaya menciptakan keadilan atas energi sehingga harganya bisa menjadi terjangkau.
Keadilan dan keterjangkauan harga energi menjadi aspek penting untuk menjaga daya beli masyarakat, terutama di tengah pemulihan ekonomi. Sri Mulyani menyebut bahwa upaya untuk menciptakan kondisi itu pertama adalah dengan memastikan adanya akses terhadap kebutuhan vital, seperti listrik.
Kedua, pemerintah menjaga stabilitas harga energi, pangan, dan transportasi publik. Ketiga, adanya dukungan perlindungan sosial untuk masyarakat miskin dan rentan, sehingga mereka dapat terlindungi dari rambatan dampak kenaikan harga energi dan pangan.
Langkah keempat adalah dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip pembangunan keberlanjutan (sustainable development goals/SDGs).
"Transisi energi hijau jangan sampai meningkatkan kemiskinan atau pengangguran. Justru pertumbuhan ekonomi hijau harus menciptakan lapangan kerja baru yang baik," kata Sri Mulyani.