Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral Eropa (ECB) mengawasi nilai tukar euro terhadap dolar AS karena posisi terendah baru-baru ini dapat memicu kenaikan inflasi lebih lanjut.
Dilansir Bloomberg pada Rabu (13/5/2022), Gubernur Bank Sentral Prancis dan Anggota Dewan ECB Francois Villeroy De Galhau mengatakan bahwa pelemahan euro sebetulnya menjadi kabar baik untuk aktivitas karena mendukung eksportir.
“Namun sayangnya itu (pelemahan euro) sedikit meningkatkan inflasi. Nnilai tukar bukan sesuatu yang menjadi acuan utama, tetapi ini perlu diperhitungkan untuk inflasi,” ungkap Villeroy.
Euro tertekan oleh kenaikan suku bunga yang tajam dari Federal Reserve dan kemungkinan meningkatnya resesi di zona Euro yang beranggotakan 19 negara. Mata uang bersama ini telah tergelincir dan nyaris setara dengan nilai dolar AS pada Selasa (12/7/2022).
Pelemahan ini menimbulkan tekanan bagi pembuat kebijakan dengan inflasi tetap tinggi. Dengan harga konsumen melonjak lebih dari empat kali lipat dari target resmi 2 persen, ECB berencana untuk mulai menaikkan suku bunga pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade bulan ini.
Villeroy mengatakan pergerakan baru-baru ini di pasar valuta asing tidak selalu berarti Euro lemah.
Baca Juga
“Ketika kita melihat apa yang terjadi sejak awal tahun, bukan euro yang lemah, tetapi dolar AS yang kuat, terutama karena dolar merupakan safe haven,” kata Villeroy.