Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap masalah kekurangan pasokan gas untuk industri akibat keterlambatan produksi sejumlah lapangan migas bisa teratasi tahun ini.
Direktur Pembinaan Program Migas Dwi Anggoro Ismukurnianto mengatakan masalah shortage pasokan gas karena adanya keterlambatan produksi sejumlah lapangan migas terjadi untuk pasokan di Jawa Timur.
"Terkait pasokan gas untuk Jawa Timur, memang terjadi shortage karena adanya keterlambatan produksi sejumlah lapangan migas," ujarnya via siaran pers, Rabu (13/7/2022).
Namun, sambungnya, diharapkan kendala tersebut dapat segera teratasi dengan berproduksinya Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) dan Husky-CNOOC Madura Limited (HCML).
Dia mengatakan JTB dan HMCL diharapkan bisa segera berproduksi tahun ini sehingga masalah kekurangan gas di Jawa Timur dapat dapat teratasi.
Akibat kekurangan pasokan gas tersebut, para pelaku industri menilai hal tersebut menyebabkan kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) sebesar US$6 per MMBTU yang berlaku sejak 2020 tidak ter implementasi secara maksimal.
Baca Juga
Belum lama ini, Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan penyerapan gas seharga US$6 per MMBTU di industri masih sekitar 68 - 70 persen sepanjang semester I/2022.
Selama gangguan pasokan gas di Jawa Timur berlangsung sejak tahun lalu, kata Edy, industri keramik membayar gas harga US$6 per MMBTU untuk sekitar 60 persen dari total kebutuhan.
Sementara sisanya, perusahaan-perusahaan di industri keramik harus merogoh kocek dengan membayar di kisaran harga mulai dari US$7,98/MMBTU sampai dengan US$15/MMBTU.
Kendati demikian, kebijakan tersebut dirasakan oleh sejumlah pelaku industri.
CEO PT Platinum Ceramic Industry Liem May Tjoe mengatakan kebijakan tersebut sangat membantu perusahan dalam memenuhi kebutuhan konsumen keramik.
Sebelum adanya aturan tersebut, ujarnya, untuk mengembangkan industri keramik sangat berat dan tidak dapat melakukan investasi baru.
Namun, sambungnya, dengan adanya kebukakan HGBT perusahaan dapat melakukan inovasi-inovasi, efisiensi energi dengan menggunakan mesin yang hemat energi, serta efisiensi energi.
Senada, Direktur PT Asahimas Flat Glass Teguh Ari Widodo mengatakan kebijakan tersebut dirasakan sangat membantu perusahaan, terutama dalam kondisi pandemi Covid-19.
"Kami mendapatkan HGBT di tengah kondisi pandemi dan ekonomi lesu. Support pemerintah ini sangat berarti bagi kami dan saat ini seiring pandemi mulai mereda, kondisi penjualan kaca mulai membaik," jelasnya.
Dia berharap agar insentif tersebut dapat berkelanjutan karena di tengah kompetisi global.