Bisnis.com, JAKARTA - Harga tandan buah segar (TBS) sawit di 22 provinsi Indonesia masih tertahan di bawah harga Rp1.000 per kilogram (kg).
Menurut catatan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) per 9 Juli 2022, harga TBS sawit hanya di 2 provinsi yang mencapai Rp1.000, yakni di Kalimantan Selatan dan Riau, sedangkan 20 provinsi sisanya di bawah Rp1.000, bahkan ada yang mencapai Rp500 per kg yaitu di Gorontalo.
Tidak berbeda jauh, harga TBS petani plasma atau petani binaan perusahaan sawit hampir mengalami serupa dengan petani swadaya. Rata-rata harga TBS mereka yang dibeli Pabrik Kelapa Sawit (PKS) paling tinggi Rp1.400 per kg. Padahal, normal harga TBS biasanya ada di kisaran Rp3.600 - 4.000 per kg.
TBS kelapa sawit menghasilkan minyak sawit atau crude palm oil (CPO) yang menjadi bahan baku minyak goreng, mentega, juga produk oleokimia lainnya termasuk sabun.
Anjloknya TBS terjadi sejak pengumuman pelarangan ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 22 April 2022. Sejak saat itu, harga TBS anjlok lebih dari 60 persen.
Hal ini kemudian mendorong Kementerian Pertanian (Kementan) menerbitkan surat yang memperingatkan pihak-pihak terkait anjloknya harga TBS sawit petani.
Surat Edaran tertanggal 25 April 2022 itu bertanda tangan Ali Jamil, Plt Dirjen Perkebunan Kementan. Ditujukan kepada gubernur di 21 sentra produksi kelapa sawit nasional.
Dalam Surat Edaran tersebut dipaparkan laporan dari sejumlah dinas bidang perkebunan, petani kelapa sawit (asosiasi petani sawt), serta petugas nilai usaha perkebunan (PUP) dari berbagai provinsi adanya beberapa pabrik kelapa sawit (PKS) yang menetapkan harga beli TBS secara sepihak. Dengan kisaran penurunan Rp300-1.400 per kg.
Namun, produsen sawit tak bergeming. Meski keran ekspor dibuka pada 23 Mei lalu, harga TBS bukannya terdongkrak justru makin rendah. Pemerintah lewat Kemendag pun menginstruksikan agar produsen membeli TBS minimal Rp1.600 per kg.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan turunnya harga TBS sawit petani tidak lepas dari dampak larangan ekspor CPO yang mengakibatkan tanki-tangki pengusaha penuh dan tidak bisa menyerap TBS. Imbasnya harga TBS harus terjun bebas.
Selain itu, menurut dia, kondisi pasar global yang lesu juga berakibat pada rendahnya minyak nabati.
“Hanya kondisi saat ini memang semua harga minyak nabati turun. Tetapi kalau ekspor tidak lancar tanki-tanki penuh lebih bermasalah karena PKS tidak bisa beroperasi dan TBS petani tidak dapat dibeli,” ujar Eddy, Jumat (8/7/2022).