Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Dari Pendanaan Start Up, Prank Elon Musk, hingga Divestasi Saham Jalan Tol

Beragam pemberitaan ekonomi dan bisnis lainnya disajikan dari meja redaksi Bisnisindonesia.id secara mendalam dan analitik pada Minggu (10/7/2022).
Ilustrasi pinjaman online atau financial technology lending/Freepik
Ilustrasi pinjaman online atau financial technology lending/Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Saat ini industri startup bisa dibilang sedang memasuki musim kemarau pendanaan. Hal tersebut ditandai dengan beberapa perusahaan rintisan yang telah melakukan efisiensi, memutus hubungan kerja karyawannya. 

Meski begitu, tidak semua perusahaan rintisan memiliki nasib yang sama. Salah satunya startup klaster fintech yang dianggap kebal dengan fenomena tersebut. Tidak mengherankan jika beberapa investor masih melirik sektor tersebut.

Kabar tersebut menjadi salah satu salah satu isu pilihan editor Bisnisindonesia.id. Selain itu beragam pemberitaan ekonomi dan bisnis lainnya juga disajikan dari meja redaksi secara mendalam dan analitik.

Berikut ini intisari dari top 5 News Bisnisindonesia.id Minggu (10/7/2022):

1. Sederet Startup Klaster Fintech Kebal di Musim Kemarau Pendanaan

Setidaknya tercatat ada 37 perusahaan rintisan atau startup yang bergiat di sektor teknologi finansial atau fintech yang telah menerima kucuran dana segar dari investor

Adapun pendanaan paling jumbo di sepanjang semester I/2022 ini tercatat diperoleh startup di bidang penyedia jasa pembayaran, Xendit atau PT Sinar Digital Terdepan lewat putaran pendanaan Seri D senilai US$300 juta pada Mei 2022.

Lebih rinci, investor yang terlibat dalam pendanaan tekfin yang telah berstatus unikorn ini, antara lain Coatue, Insight Partners, terlibat Accel, Tiger Global, Kleiner Perkins, EV Growth, Amasia, Intudo, dan Goat Capital. Lalu seperti apa pendanaan yang diperoleh Startup Klaster Fintech?

2. Mewaspadai Risiko Penurunan Neraca Keuangan  

Neraca transaksi berjalan diprediksi tetap mengalami surplus. Namun, pertumbuhan surplus diprediksi menyusut. Itu sebabnya penurunan neraca keuangan di tahun 2022 perlu tetap diwaspadai. Penyusutan surplus neraca transaksi berjalan tidak terlepas dari pulihnya perekonomian nasional yang mendorong kenaikan laju impor.

Sementara itu, menurut Bank Indonesia, cadangan devisa Indonesia pada Juni 2022 meningkat menjadi US$136,4 miliar. Pada bulan sebelumnya, cadangan devisa tercatat sebanyak US$135,6 miliar. Dengan demikian, cadangan devisa pada Juni mengalami kenaikan US$0,8 miliar atau Rp1,19 triliun. 

Posisi cadangan devisa pada Juni mengalami kenaikan US$800 juta dari realisasi akhir Mei 2022 sebesar US$135,6 miliar. Peningkatan posisi cadangan devisa pada Juni 2022 antara lain dipengaruhi oleh penerbitan global bond [surat utang] pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa. BI menilai realisasi cadangan devisa per Juni 2022 tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan nasional. Bagai risiko penurunan neraca keuangan?

3. Laju Saham Bank Jago (ARTO) Berbalik Arah, Masih Layak Dibeli?

Tahun lalu, saham PT Bank Jago Tbk. menjadi top leader atau penguat utama kinerja IHSG dengan kenaikan sebesar 348,7 persen year-to-date (YtD). Namun, tahun ini bank digital milik Jerry Ng itu justru menjadi pemberat IHSG atau top laggard dengan penurunan 42,8 persen YtD.

Gerak saham Bank Jago yang berbalik arah 180 derajat ini telah mengundang perhatian sejak awal tahun ini. Sebab, kenaikan harganya tahun lalu telah menghantarkan bank yang sejatinya memiliki aset relatif kecil ini berhasil menduduki jajaran 10 besar bank dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di bursa.

Pada akhir tahun lalu, emiten dengan kode saham ARTO itu sukses membukukan market cap Rp219 triliun. Dengan nilai tersebut, ARTO berada di urutan keenam sebagai emiten terbesar, tepat setelah PT Astra International Tbk. (ASII) di urutan kelima dengan market cap Rp231 triliun.

Market cap ARTO ini bahkan mengungguli PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang sudah lebih sering menempati jajaran daftar bergengsi tersebut. Padahal, aset ARTO hanya Rp12,3 triliun pada akhir 2021. Bandingkan dengan BNI yang saat itu sudah mencapai Rp964,84 triliun. Apresiasi berlebihan atas saham ARTO tampaknya tidak terlepas dari sentimen euforia bank digital serta sektor teknologi secara umum.

Integrasinya dengan ekosistem GOTO menjadikan prospek ARTO terlihat lebih menjanjikan dibanding bank-bank digital lainnya, bahkan dibanding bank konvensional yang lebih besar. Bagaimana laju saham ARTO?

4. 'Prank' Elon Musk Genggam Twitter, Teka-Teki Terbuka?

Orang terkaya di dunia, Bos Tesla Elon Musk mengakhiri kesepakatan untuk mengakuisisi Twitter senilai US$44 miliar atau Rp660 triliun. Faktor dari pembatalan aksi tersebut lantaran perusahaan media sosial tersebut dianggap gagal memberikan informasi tentang akun palsu. 

Jika ditarik mundur, Twitter menirima tawaran US$44  miliar dari Musk untuk membeli perusahaan pada 25 April, tetapi pada 13 Mei Musk mengatakan untuk menunda kesepakatan tersebut lantaran khawatir tentang akun palsu dan spam di platform.

Musk menyatakan skeptis dengan klaim Twitter bahwa akun tersebut membuat kurang dari 5 persen dari profil, dan timnya tidak puas dengan data yang disajikan Twitter untuk mencoba mendukung pernyataannya. 

The Washington Post melaporkan  bahwa miliarder itu diperkirakan akan mengambil perubahan besar dalam pendekatannya terhadap kesepakatan setelah timnya menentukan bahwa klaim Twitter pada akun palsu dan spam tidak dapat diverifikasi. Musk mengatakan dia ingin membeli Twitter karena dia muak dengan kebijakan moderasi yang dia yakini melukai wacana publik.

5. Divestasi Saham Jadi Jurus BUJT Bangun Konektivitas Jalan Tol

Membangun jalan tol memang bukan perkara yang mudah. Butuh pendanaan yang besar dan juga perusahaan yang sehat untuk bisa terus membangun jalan tol. Saat ini yang tengah dilakukan para Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) agar tetap membangun konektivitas jalan tol dengan cara divestasi atau pengalihan saham kepemilikan ruas tol yang telah maupun tengah dibangun. 

Hal ini dilakukan sebagai upaya asset recycling BUJT. Skema asset recycling ini digunakan sebagai langkah dalam pemanfaatan maupun pemindahtanganan aset lama untuk membangun aset baru yang lebih banyak. Seperti apa upaya asset recycling yang dilakukan oleh para BUJT?

PT Waskita Toll Road, anak usaha PT Waskita Karya Tbk (WSKT) akan melepas kepemilikan saham di 5 ruas jalan tol di sepanjang tahun ini. Adapun kelima ruas jalan tol tersebut yakni ruas tol yang telah beroperasi yakni ruas tol Kanci – Pejagan sepanjang 35 Kilometer (Km), ruas tol Pejagan – Pemalang panjang 57,5 Km, dan ruas tol Pemalang – Batang dengan panjang 39,2 Km. Lalu kemudian ada 2 ruas tol yang sudah beroperasi sebagian dan akan beroperasi seluruhnya di tahun ini yakni ruas tol Pasuruan – Probolinggo sepanjang 43,75 Km dan ruas tol Cimanggis – Cibitung sepanjang 26,18 Km. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper