Bisnis.com, JAKARTA - Program Tol Laut ternyata masih menyisakan kendala muatan balik yang rendah dibandingkan dengan muatan berangkat pada semua trayek.
Pengoperasian tol laut hingga Juni 2022 masih terkendala disparitas antara muatan berangkat dan muatan balik. Terdapat rasio sekitar 36 persen antara muatan balik sebesar 3.304 TEUs dari muatan berangkat sebesar 9.014 TEUs, pada 28 trayek tol laut yang menggunakan kapal pelayaran.
Disparitas antara muatan balik dan berangkat bahkan lebih lebar apabila dilihat pada lima trayek tol laut (T-22 sampai dengan T-26) yang dititipkan dengan menggunakan kapal penyeberangan milik ASDP, dengan tujuan daerah terjauh seperti Biak, Timika, dan Merauke. Dihitung dengan satuan tonase (ton), muatan balik tercatat 0 ton dari muatan berangkat 395 ton.
Pakar maritim dari Institut Sepuluh November (ITS) Saut Gurning mengatakan kenaikan persentase muatan balik ke depannya harus menjadi perhatian pemerintah. Khususnya untuk lima trayek ke daerah terpencil.
"Data pengangkutan muatan yang dititipkan untuk trayek-trayek ini menunjukkan kondisi sulitnya kargo balik, atau adanya kargo yang dapat dikirimkan dari berbagai wilayah khusus tersebut," kata Saut, Selasa (5/7/2022).
Untuk meningkatkan muatan balik ke depannya, penggerak daerah seperti Kadin dan Hipmi serta UMKM/IMKM daerah perlu lebih dilibatkan. Keterlibatan BUMD yang bergerak dalam berbagai usaha seperti jasa inventori, angkutan darat, dan perdagangan juga harus lebih diperkuat.
Baca Juga
Apabila muatan balik meningkat, lanjut Saut, maka level load-factor kontainer yang terkirim di berbagai armada tol akan ikut lebih baik. Setelah itu, pemerintah dan operator tol laut baru bisa meningkatkan realisasi jumlah voyage (perjalanan) yang saat ini disebut masih sekitar 50 persen.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Capt. Mugen Sartoto mengatakan faktor daerah tujuan voyage menjadi alasan di balik besarnya disparitas antara muatan balik dan berangkat khususnya pada trayek T-22 sampai T-26.
Pada trayek T-22, T-23, T-24, T-25, dan T-26, semuanya melayani tujuan ke Papua dengan menggunakan kapal penyeberangan milik ASDP karena. Hal tersebut karena muatan yang dibawa masuk jauh ke pedalaman jalur sungai.
"Sehingga dapat dipahami alasan tidak ada muatan balik ya karena memang tidak ada komoditas yang dibawa dari pedalaman itu," kata Mugen, Selasa (5/7/2022).
Ke depan, Kementerian Perhubungan akan mendorong koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait guna mengoptimalkan muatan balik tol laut.