Bisnis.com, JAKARTA – Sepanjang semester I tahun 2022 calon emiten PT Saraswanti Indoland Development Tbk mampu mengantongi pendapatan berkesinambungan (recurring income) senilai Rp44,4 miliar.
Torehan itu seiring dengan melandainya pandemi Covid-19 sehingga permintaan kamar hotel dan meeting, incentives, conferences, dan exhibition (MICE) calon emiten berkode saham SWID itu melonjak.
Direktur Utama PT Saraswanti Indoland Development Bogat Agus Riyono mengatakan perolehan recurring income itu berasal dari bisnis perhotelan yakni The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center dan Innside by Melia Yogyakarta.
Meskipun Februari dan April merupakan bulan paceklik bagi bisnis perhotelan, namun perseroan tetap mampu memperoleh pendapatan dari hotel senilai Rp44,4 miliar di semester I tahun 2022.
Realisasi perolehan itu sebesar 51,4% dari total proyeksi di tahun 2022 yang senilai Rp86,3 miliar. Perseroan pun optimistis perolehan recurring income di semester II nanti akan melebihi dari kinerja semester I tahun ini.
“Kasus Omicron yang merebak Februari dan April 2022 serta bertepatan dengan Ramadan membuat kinerja hotel pada dua bulan tersebut sangat jauh di bawah proyeksi. Tapi, actual revenue Mei-Juni 2022 yang sangat bagus menjadi modal untuk memasuki periode terbaik bagi bisnis perhotelan, yaitu sepanjang Juli hingga Desember 2022,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (1/7/2022).
Lebih lanjut, Bogat menuturkan melesatnya bisnis perhotelan dapat dilihat dari tingkat penghunian (okupansi) kamar yang dalam dua bulan terakhir mencapai rerata hampir 80 persen.
Lalu, permintaan food and beverage dari aktivitas MICE dan pesta-pesta pernikahan juga melonjak sehingga mengerek pendapatan perseroan.
“Kegiatan MICE dari lembaga pemerintahan, BUMN, perusahaan swasta, dan perguruan tinggi sudah meningkat pesat. Pada akhir pekan selalu ada pesta pernikahan yang jumlah tamunya terus bertambah,” tuturnya.
Dia menambahkan pada Kamis (30/6/2022), perseroan telah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk pendaftaran initial public offering (IPO) SWID. Bersamaan dengan penyataan efektif tersebut, OJK juga menetapkan bahwa saham perseroan dengan kode ticker SWID masuk kategori efek syariah
Perseroan akan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan skema penawaran umum perdana saham. Rencananya, pengembang properti ini akan melepas sebanyaknya 340 juta saham atau setara 6,31 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO.
Mengutip prospektus perseroan, total dana hasil IPO yang akan dihimpun oleh perseroan diperkirakan senilai Rp68 miliar.
“Dari tanggal 1 Juli hingga 5 Juli 2022 kami melakukan penawaran umum di harga Rp200 per lembar saham. Bookbuilding sangat menggembirakan. Jumlah pesanan melampaui jumlah yang diharapkan,” tutur Bogat.
Secara bersamaan perseroan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 340 juta Waran Seri I yang menyertai saham baru atau setara 6,74 persen dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh.