Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi peralihan andil inflasi dari komoditas minyak goreng yang pada April 2022 menyumbang 0,19 persen, pada Juni 2022 digantikan cabai dan bawang merah masing-masing berkontribusi 0,34 dan 0,08 persen.
Saat itu, kenaikan inflasi untuk minyak goreng diikuti dengan kenaikan harga minyak kelapa sawit yang hampir dua kali lipat. Setelah pemerintah memberantas mafia di balik kenaikan harga minyak goreng dan melarang ekspor, minyak goreng menyumbang deflasi pada Mei dan Juni 2022.
Sementara secara keseluruhan, pada Juni ini Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,61 persen dengan kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan kontribusi 0,47 persen terhadap inflasi. Padahal di Mei, kelompok tersebut menyumbang sekitar 0,20 persen saja.
"Kalau dilihat dari penyumbang inflasinya adalah berasal dari komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan telur ayam ras," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam rilis secara virtual, Jumat (1/7/2022).
Bila membandingkan data dengan bulan sebelumnya, telur ayam ras dan bawang merah sudah mulai menunjukkan kontribusi inflasi, masing-masing sebesar 0,05 persen dan 0,04 persen pada Mei 2022. Lalu, kontribusi bawang merah naik dua kali lipat menjadi 0,08 persen pada bulan lalu.
Cabai merah dan cabai rawit pada Mei 2022 hanya menyumbang 0,01 persen dari total inflasi, sementara di Juni 2022, kontribusinya melonjak menjadi 0,24 persen untuk cabai merah, dan 0,10 persen untuk cabai rawit.
Kenaikan harga komoditas tersebut akibat berkurangnya pasokan dari sentra produksi. Kondisi hujan yang masih di atas normal menyebabkan tanaman petani terserang penyakit dan menurunkan produksi dalam negeri.
“Pada Juni 2022, masih terjadi hujan di sejumlah wilayah sentra produksi cabai besar dan rawit serta bawang merah [Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan NTB] dengan sifat hujan di atas normal,” paparnya.
Berbeda dengan cabai, Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan melaporkan berkurangnya pasokan bawang merah akibat petani kini tengah memasuki masa tanam komoditas tersebut.
Kementan dan Kemendag memprediksi pada Juli hingga September mendatang, pasokan bawang merah akan kembali normal sehingga harga dapat menurun.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah melihat kenaikan inflasi sejalan dengan kenaikan beberapa komoditas pangan serta adanya lonjakan konsumsi setelah pemerintah menetapkan Indonesia transisi menuju endemi Covid-19.
“Peningkatan harga cabai terjadi karena curah hujan yang tinggi, yang menyebabkan tanaman terserang jamur dan gagal panen, selain juga karena lonjakan konsumsi setelah dua tahun pandemi,” ujar Piter, Jumat (1/7/2022).
Piter memproyeksi bila kenaikan terus terjadi, kelompok makanan, minuman, dan tembakau akan kembali menyumbang inflasi tinggi pada Juli 2022.
“Faktor-faktor pendorong inflasi di bulan Juni berpotensi kembali menjadi penyebab inflasi pada bulan Juli,” lanjutnya.