Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekan Emisi, PLN Bidik 35 PLTU Terapkan Teknologi Co-Firing di 2022

Hingga Mei 2022, PLN menyebut sebanyak 32 PLTU sudah menerapkan co-firing untuk menekan emisi karbon.
Foto udara progres pembangunan PLTU mulut tambang Sumsel 8 yang terletak di Muara Enim, Sumatra Selatan./Istimewa
Foto udara progres pembangunan PLTU mulut tambang Sumsel 8 yang terletak di Muara Enim, Sumatra Selatan./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) gencar menerapkan teknologi substitusi batu bara dengan biomassa (co-firing) untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Langkah itu diambil untuk mempercepat upaya pengurangan emisi karbon dan mempercepat pemenuhan bauran energi baru terbarukan (EBT) 23 persen pada 2025.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan PLN telah menggunakan teknologi co-firing sejak 2020 silam. Hingga Mei 2022, sebanyak 32 PLTU sudah menerapkan co-firing ini. PLN dapat memproduksi listrik hijau setara 487 MegaWatt hours (MWh) lewat teknologi tersebut.

Implementasi co-firing juga mampu memberikan dampak penurunan emisi karbon sebesar 184.000 ton CO2 dan gas rumah kaca per April 2022.

"Dengan menerapkan co-firing, PLN dapat dengan cepat mengurangi emisi karbon dan peningkatan bauran EBT karena tidak perlu membangun pembangkit baru,” kata Darmawan melalui siaran pers, Kamis (30/6/2022).

Pada tahun ini, PLN menargetkan teknologi co-firing diterapkan di 35 PLTU, dengan total kebutuhan biomassa 450.000 ton dan dapat menekan emisi CO2 340.000 ton CO2.

Jumlah ini akan meningkat lima kali lipat pada tahun depan, PLN memerlukan 2,2 juta ton biomassa. Kebutuhan biomassa akan terus meningkat hingga 10,2 juta ton pada 2025 sehingga dapat menekan emisi karbon sebesar 11 juta ton CO2 dan gas rumah kaca setiap tahunnya.

“Program ini ditargetkan rata-rata menggunakan 10-20 persen dari kapasitas PLTU PLN untuk co-firing atau ekuivalen sekitar 2.700 MW. Co-firing akan terus dilakukan PLN sampai paling tidak 52 titik PLTU bisa menggunakan teknologi ini pada 2025,” tuturnya.

Dalam pelaksanaan co-firing, PLN Grup telah memanfaatkan limbah antara lain serbuk kayu atau sawdust, woodchip, bonggol jagung dan solid recovered fuel (SRF) dari sampah.

Untuk menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku biomassa, PLN telah mendapatkan kepastian pasokan dari sinergi BUMN, pemerintah daerah, swasta hingga masyarakat.

"Saat ini, PLN telah mendapatkan dukungan kebutuhan biomassa dari 14 institusi maupun perusahaan di wilayah yang terdapat operasi pembangkitan," tuturnya.

Tak hanya itu, PLN juga mengajak masyarakat terlibat aktif dalam penanaman tanaman biomassa bahkan ada pula yang mengelola sampah rumah tangga di wilayahnya untuk dijadikan pelet sebagai bahan baku sehingga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi setempat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper