Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN tengah mempercepat upaya peralihan energi bersih yang signifikan menjelang perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 pada akhir tahun ini.
PLN menargetkan inisiatif awal untuk menghentikan operasi pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU dapat diimplementasikan sebelum 2030.
Direktur Perencanaan Korporat PT PLN Evy Haryadi mengatakan inisiatif itu ditargetkan rampung untuk mengatasi masalah kelebihan pasokan listrik atau over supply yang turut menjadi kendala perusahaan pelat merah itu untuk bermigrasi pada pembangkit yang ramah lingkungan.
Adapun, inisiatif pemangkasan energi berbasis batu bara sebesar 5,5 Gigawatt (GW) sebelum 2030 itu diproyeksikan membutuhkan dukungan dana mencapai US$6 miliar atau setara Rp87,3 triliun.
“Kita harapkan inisiatif ini paling tidak bisa kita jadikan untuk ajang unjuk gigi di G20 nanti,” kata Evy saat Webinar Bisnis Indonesia bertajuk Tantangan Sektor Kelistrikan Dalam Transisi Energi, Jakarta, Kamis (9/6/2022).
Evy menuturkan penghentian operasi PLTU berbasis batu bara itu diharapkan dapat mengakomodasi kondisi kelebihan pasokan listrik yang saat ini dihadapi perusahaan pelat merah tersebut terkait dengan upaya peralihan energi baru dan terbarukan. Dengan demikian, kata dia, upaya untuk pembangunan pembangkit listrik berbasis EBT dapat segera diintensifkan menjelang 2030.
Baca Juga
“Dengan adanya pensiun dini PLTU batu bara itu diharapkan pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan ini dimungkinkan ruang yang lebih luas, supaya tidak terjadi kelebihan pasokan yang lebih tinggi dengan adanya 1.000 MW yang dipensiunkan,” tuturnya.
Adapun, PLN menargetkan kapasitas pembangunan pembangkit listrik berbasis EBT mencapai 20,9 GW pada 2030 mendatang. Perinciannya, panas bumi mengambil porsi sebesar 3,4 GW, energi surya dan angin mencapai 5,3 GW, tenaga air mengambil bagian 10,3 GW, bioenergi sebesar 0,6 GW dan energi lainnya sebesar 1,3 GW.
Rencanannya, pengembangan pembangkit berbasis EBT itu bakal dikerjakan PLN bersama dengan Independent Power Producer (IPP) dengan mempertimbangkan kondisi finansial perusahaan pelat merah tersebut. Pembagiannya, PLN mengambil pengerjaan daya mencapai 9,144 GW dan IPP mencapai 11,779 GW.
“Jika dilihat di sisi PLN dengan mengukur kemampuan finansialnya kita mengambil porsi sekitar 9 GW dan kita menyerahkan sekitar 12 GW kepada IPP,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, PLN bakal membutuhkan dana mencapai US$500 miliar atau setara dengan Rp7.250 triliun untuk mendukung pencapaian target nol emisi pada 2060 mendatang. Adapun, PLN bakal meningkatkan porsi green financing dengan meluncurkan kerangka pembiayaan berkelanjutan.