Bisnis.com, Mangupura - Monetisasi menjadi tantangan yang saat ini dihadapi oleh industri gas Tanah Air. Hal itu patut disayangkan. Sebab, ada potensi tambahan produksi gas dari proyek Husky-CNOOC Madura Ltd. (HCML) dan Jambaran Tiung Biru (JTB).
Kepala SKK Migas Perwakilan Jabanusa Nurwahidin memperkirakan penambahan produksi gas tahun ini total bisa mencapai 450 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) atau sebesar 8 persen dari total produksi nasional pada 2021, sebanyak 5.629 MMscfd.
"HCML sendiri, total produksinya tahun ini bisa mencapai 290 MMscfd. Ditambah JTB 172 MMscfd. Jadi, total produksi bisa 450 MMscfd," ujar Nurwahidin ketika ditemui di Bali, Rabu (29/6/2022).
Dia menjabarkan, HCML tahun ini ditargetkan mampu menambah produksi dari 120 MMscfd menjadi 175 MMscfd, atau sekitar 31 persen, dari proyek MDA - MBH. Serta ada kemungkinan tambahan sebanyak 50 MMscfd dari lapangan MAC.
HCML, lanjutnya, yang sudah memulai pengeboran tahun lalu di lapangan MDA - MBH di wilayah Sumenep, Madura, ditargetkan bisa on stream sesuai dengan program, yakni pada Agustus 2022.
Untuk pengeboran di lapangan MAC, direncanakan bisa on stream pada Oktober 2022. "Mudah-mudahan keduanya terealisasi tahun ini," kata Nurwahidin.
Baca Juga
Artinya, apabila seluruh proyek HCML dan JTB terealisasi, maka produksi gas di Tanah Air tahun ini bisa mendapatkan tambahan lebih dari 500 MMscfd.
Bagaimanapun, potensi penambahan produksi gas seperti dijelaskan di atas tidak terlepas dari tantangan. Nurwahidin tidak mengelak bahwa monetisasi menjadi tantangan utama bagi industri gas Tanah Air.
"Tantangan kami adalah monetisasi. Memang ada yang sudah dapat pembeli, terutama dengan buyer-buyer eksisting, seperti PT Perusahaan Listrik Negara (Perseroan) atau PLN, dan Perusahaan Gas Negara (PGN). Namun, masih belum mencakup semuanya," tuturnya.