Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan persetujuan revisi rencana pengembangan atau Plan of Development proyek LNG Abadi Blok Masela berkaitan dengan penambahan fasilitas penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (CCUS) dapat rampung akhir tahun ini.
Persetujuan PoD itu diharapkan dapat meningkatkan nilai tawar investasi dan komersial aset menyusul komitmen divestasi hak partisipasi Shell yang sudah ingin hengkang sejak dua tahun lalu itu.
Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan lembagannya bakal mempercepat persetujuan revisi PoD setelah hasil studi pemasangan CCUS rampung pada Agustus 2022. Saat ini rancangan revisi PoD proyek senilai US$19,8 miliar yang disampaikan Inpex Masela Ltd. selaku operator itu masih dikaji oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi atau Lemigas dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Persetujuannya tergantung hasil diskusi paling tidak kita berharap diskusi revisi PoD-nya itu selesai pada tahun ini setelah studi CCUS dari ITB dan Lemigas selesai yang ditarget September atau Agustus ini,” kata Benny melalui sambungan telepon, Senin (27/6/2022).
Nantinya, Benny mengatakan, lembagannya bakal konsen pada isu keekonomian dari Blok Masela setelah pemasangan CCUS. Dia berharap sejumlah optimasi dan efisiensi fasilitas lapangan dapat dikerjakan untuk tetap menghasilkan daya tawar investasi dan bisnis yang kompetitif dengan blok penghasil LNG lainnya.
Kendati demikian, dia mengatakan, rencana pemasangan CCUS itu menjadi langkah bisnis yang prospektif untuk memperluas jangkauan pembeli LNG Blok Masela ke depan di pasar internasional. Alasannya, aset Blok Masela bakal terjamin ramah lingkungan saat terjadi tren pergeseran penggunaan energi nol emisi karbon.
Baca Juga
“Tujuannya dari scop CCUS ini lebih ke arah kompetisi pasar gas itu sebenarnya di global, secara tidak langsung untuk daya tarik pada siapa pun investornya ke depan kalau ada CCUS itu ada jaminan LNG lebih mudah diserap pasar karena nanti kan ada banyak tuh sumber-sumber LNG yang relatif hijau,” tuturnya.
Dengan demikian, dia berharap, proses divestasi hak partisipasi dari Shell pada lapangan Migas itu dapat lebih menarik dari sisi investasi. Menurut dia, sudah ada sejumlah investor yang menunjukkan ketertarikannya untuk mengambil alih hak partisipasi Shell di Blok Masela. Hanya saja ketertarikan itu belum juga mengalami kemajuan yang serius.
“Inpex beberapa kali sudah minta data Blok Masela ya untuk investor yang berencana masuk, tapi itu pembicaraan antara Inpex dan calon investor karena bussines to bussines ya,” kata dia.
Hanya saja, Shell Indonesia enggan memberi tanggapan lebih rinci ihwal kelanjutan upaya penjualan hak partisipasi 35 persen blok Masela menyusul rampungnya kajian CCUS tersebut.
“Kalau untuk Blok Masela, kami tidak dapat memberikan komentar seputar aktivitas portofolio tersebut,” kata Corporate Communications Shell Indonesia Edit Wahyuningtyas saat dikonfirmasi, Jumat (24/6/2022).
Seperti diberitakan sebelumnya, Inpex Corporation, induk usaha dari Inpex Masela Ltd., memutuskan untuk menunda operasional proyek lapangan migas di Laut Arafuru, Maluku itu hingga 2030, atau molor dari jadwal yang sudah disepakati sesuai dengan Plan of Development (PoD) pada 2027.
Presiden Direktur Inpex, Takayuki Ueda, menyebutkan bahwa penundaan tersebut dilakukan sejalan dengan rencana zero emission strategy, yakni perusahaan akan memasukkan proyek carbon capture storage (CCS) dalam proyek Abadi Masela.
Saat ini, Inpex tengah melakukan studi ukuran yang komprehensif seperti pengenalan fasilitas penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon atau dikenal dengan sebutan CCUS. Pemasangan CCUS tersebut dimaksudkan untuk membuat proyek LNG Blok Masela menjadi lebih ramah lingkungan.
“Kami sedang melakukan kajian untuk memasukkan proyek CCUS dalam proyek Abadi dan kami mencoba untuk melakukan cost reduction. Sehingga, proyek ini bisa mengurangi biaya lebih lanjut dan mempromosikan proyek sebagai proyek yang kompetitif dan bersih dengan tujuan memulai produksi pada awal 2030-an,” ungkap Takayuki dalam keterangan resminya, Selasa (22/02/2022).