Presidensi B20 yang dipegang oleh Indonesia sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam G20 akan memperkuat peranan strategis Asean di kancah global.
Asean yang telah tumbuh menjadi kawasan regional yang terus mengembangkan kemitraan ekonomi dan perdagangannya memiliki peranan penting dalam meningkatkan konektivitas dan pertumbuhan ekonomi dunia.
Asean menyumbang peningkatan PDB yang signifikan seiring pertumbuhan ekonomi Asia, bahkan diprediksi 50% dari total PDB dunia pada 2040. Beberapa negara Asean seperti Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Singapura bahkan sangat aktif memberikan pengaruh pada tata kelola rantai pasok di Asia Pasifik dengan kontribusi produksi dan distribusinya, mendorong peningkatan 40% total konsumsi dunia.
Dengan Presidensi G20-B20 Indonesia, konsensus bersama yang akan dicapai melalui pertemuan multilateral ini diharapkan mampu memberi jalan keluar tidak hanya mengatasi krisis akibat pandemi, tetapi juga navigasi untuk berselancar atas situasi geopolitik dan geoekonomi dunia tersebut.
Asean memegang peranan krusial dalam permasalahan dan tantangan global sebagaimana menjadi agenda penting Presidensi G20 Indonesia, yakni transisi energi, digitalisasi dan kesehatan global. Kerja sama regional ini mengemban posisi strategis perihal kemitraan ekonomi dan perdagangan global-multilateral yang berpotensi meningkatkan konektivitas, pertumbuhan dan pemulihan ekonomi dunia.
Untuk transisi energi, Asean bahkan bergerak maju menjadikan pembangunan hijau sebagai fondasi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi melalui kerjasama strategis dengan negara-negara yang telah lebih dahulu menginisiasi pembangunan hijau. Di antaranya melalui inisitiaf Asean Climate and Energy Project serta Working Group on Climate Change yang sukses merangkul banyak kerja sama strategis dengan negara-negara yang selangkah lebih depan soal penanganan masalah lingkungan serta perubahan iklim di seluruh dunia.
Baca Juga
Kita perlu melihat data kebutuhan energi di Asean yang mengalami peningkatan signifikan terhitung sejak 2000 hingga 2019, yang juga berpotensi naik dua kali lipat selama dua dekade terakhir. Hal ini terutama didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat di kawasan ini. Transisi energi juga telah menjadi agenda utama Asean yang mendorong peningkatan target pasokan renewable energy di tahun 2025 sebesar 23%.
Untuk isu digitalisasi, Asean tidak hanya menjadi pangsa pasar besar tetapi juga menjadi lahan subur tumbuhnya startup berbasis teknologi, baik untuk fintech, instrutech, edutech, hingga e-commerce sebagai wujud ekonomi berbasis inovasi dan teknologi digital. Bahkan, beberapa startup berstatus dekacorn dan unikorn yang memiliki valuasi jutaan dolar AS berada di negara-negara Asean.
Tantangan yang mengemuka adalah bagaimana persoalan kesenjangan infrastruktur digital antara negara maju dengan negara berkembang bisa kita atasi melalui kesepakatan global. Asean yang umumnya merupakan emerging-developing countries, perlu memanfaatkan peluang transformasi ekonomi yang menyumbang pertumbuhan ekonomi digital.
Pertumbuhan pesat ini perlu diimbangi dengan kesiapan Asean dalam menghadapi tantangan seperti akses teknologi yang belum bersifat inklusif, infrastruktur digital yang belum optimal, permasalahan literasi digital, information security, kebijakan dan aturan, hingga aspek sosial ekonomi yang lumrah dihadapi negara berkembang.
Untuk itu, B20 perlu menjadi medium untuk mendorong cross-country collaboration di Asean melalui Indonesia sebagai jangkar serta sebagai pemegang Presidensi. Bagaimana B20 bisa mengembangkan ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan dengan mendorong pertumbuhan startup digital, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, menyiapkan regulasi global yang bisa diadopsi negara-negara Asean untuk memastikan jurang digitalisasi antara negara maju dan berkembang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital dapat teratasi secara cepat, tepat dan efektif.
Agenda lain yang tidak kalah penting bagi sumbangan peranan Asean adalah terhadap arsitektur kesehatan regional. Krisis global dalam 2 tahun terakhir membuat sektor pelayanan kesehatan menjadi sorotan, terutama soal ketahanan dalam menghadapi pandemi sekaligus penyediaan produk farmasi atau obat-obatan untuk mengantisipasi munculnya pandemi serupa di masa yang akan datang. Beberapa negara Asean menunjukkan resiliensi dan adaptasi yang luar biasa dalam menghadapi krisis kesehatan.
Ketahanan sistem kesehatan juga menjadi fokus dalam UN-Asean Joint Strategic Plan of Action on Disaster Management 2021—2025, dan seluruh upaya ini tentu perlu kita kawal dan kembangkan dalam level G20 untuk memastikan sistem kesehatan yang lebih resilien dalam mencegah dan mempersiapkan diri dari segala bentuk ancaman kesehatan di masa depan.
Asean telah melewati berbagai tantangan yang besar dalam proses mewujudkan integrasi ekonomi yang efektif. Banyak hal di mana Asean dapat memberikan kontribusi transformasi ekonomi secara strategis, salah satunya dalam kerangka B20 dan G20. Indonesia perlu mendorong bagaimana kepemimpinannya di Asean juga turut andil dalam perumusan kebijakan G20 yang lebih relevan bagi integrasi ekonomi regional.