Bisnis.com, JAKARTA - Prospek properti Jabodetabek usai pindahnya Ibu Kota Indonesia dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) mulai 2024 dinilai masih akan sangat cerah.
Ahli perumahan dan pemukiman ITB Jehansyah Siregar mengatakan sektor ini diminati banyak kalangan karena kemajuan urbanisasi Jabodetabek yang sangat cepat dibanding daerah lain.
"Favoritisme dari bisnis ini juga paling tinggi dibanding Bandung, Surabaya, Medan," katanya dalam sebuah diskusi yang digelar Bisnis Indonesia, Selasa (21/6/2022).
Namun begitu, Jehansyah tidak menampik bisnis properti ini akan mengalami penurunan. Hal ini, tentu jadi tantangan tersendiri mengingat IKN akan lebih objektif, profesional dan efisien karena kebijakan-kebijakan pemerintah di sana.
Pasalnya, sambungnya, kebijakan yang akan ditetapkan di IKN akan menyangkut tanah negara, untuk kepentingan negara, dan dijalankan oleh otoritas negara.
"Di situ tantangannya untuk Jabodetabek. Jangan kalah dengan IKN Nusantara yang [diprediksi] akan lebih cepat," ujar dia.
Baca Juga
Meski begitu, Jehansyah melihat urbanisasi Jabodetabek masih akan sangat tinggi dibanding IKN. Sebab, Jakarta dan kota-kota penyangganya ini merupakan metropolitan terbesar di Tanah Air.
"IKN baru bisa mengimbangi sekitar 50 tahun ke depan dari tingkat urbanisasi Jabodetabek. Akan tetapi kita tidak tahu juga bagaimana otoritas IKN bekerja. Bisa jadi lebih cepat karena ditangani profesional," tambah Jehansyah.
Lebih lanjut dia memerinci, mengutip sebuah sumber yang membahas mengenai prospek kawasan sunrise properti di Jabodetabek, diketahui bahwa kenaikan harga tertinggi terjadi di tiga provinsi, yakni Banten (3,07 persen), Jawa Barat (2,30 persen), dan DKI Jakarta (1,81 persen).
Sementara itu pertumbuhan harga tahunan tertinggi terjadi di Kota Tangerang (17,04 persen), sedangkan Bogor Stagnan, dan Jakarta Barat turun. Untuk tren pencarian properti, Kota Bogor naik (20 persen), Kota Tangerang turun (11,2 persen), Jakarta Barat juga turun (4,53 persen).
"Kota Tangerang jadi sasaran kalangan menengah yang mencari hunian harga Rp300-750 juta. Namun naik turun ini bukan karena IKN," tutupnya.