Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Properti Indonesia Diklaim Tidak Sehat, Ini Penjelasan Ahli

Pasar properti di Indonesia dinilai tidak sehat seiring dengan masih terdapat spekulasi mengenai sektor ini yang berlebihan.
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan perumahan subdisi di kawasan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/1/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan perumahan subdisi di kawasan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/1/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Ahli perumahan dan pemukiman ITB Jehansyah Siregar menyebut pasar properti Indonesia tidak sehat. Pasalnya, masih terdapat spekulasi mengenai sektor ini yang berlebihan.

Menurutnya, di kalangan masyarakat sendiri masih terjadi kurangnya informasi mengenai kualitas properti. Alhasil, banyak sekali keluhan para investor yang mengalami masalah usai membeli sebuah unit bangunan, tetapi tidak ada penyewa.

"Pasar properti di kita tidak sehat dan ini harus segera disembuhkan," kata Jehansyah dalam sebuah diskusi yang digelar Bisnis Indonesia, Selasa (21/6/2022).

Bukan itu saja, dia menilai masih terjadi kekosongan kebijakan properti hingga likuidasi berlebih dari uang mudah di sektor hutan kebun dan tambang.

Menurutnya, hal ini akan menunjukkan bahwa secara politik ekonomi, bisnis di Indonesia masih memiliki banyak tantangan di berbagai sektor.

"Selanjutnya [dipengaruhi] buruknya tata kelola urbanisasi dan pengembangan permukiman," sebutnya.

Pada dasarnya, sambung Jehansyah, bila tidak dilakukan pembahasan mengenai hal ini, spekulasi-spekulasi tersebut akan jadi ancaman secara terpendam terhadap perekonomian Tanah Air.

Dia mencontohkan krisis yang terjadi pada 1998 silan yang membuktikan sektor properti memberikan dampak pada meletusnya bubble ekonomi di Indonesia, seperti banyaknya proyek yang mangkrak, harganya jatuh dan lainnya.

"Jadi sektor ini memegang peranan penting termasuk di Ibu Kota Nusantara [IKN] nanti," imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmi Yati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper