Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Moneter Hong Kong meningkatkan suku bunga acuannya untuk ketiga kalinya pada tahun ini sejalan dengan langkah pengetatan oleh Federal Reserve.
Dilansir Bloomberg pada Kamis (16/6/2022), suku bunga acuan bank sentral Hong Kong naik hingga 75 basis poin menjadi 2 persen.
Kenaikan suku bunga akan mengancam proses pemulihan Hong Kong seiring dengan perbaikan bertahap dari dampak ketatnya penguncian Covid.
Pemerintah baru-baru ini menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahunan ke kisaran 1 - 2 persen, meskipun bank seperti Goldman Sachs Group Inc. melihat ekspansi hanya 0,3 persen.
"Investasi pada bisnis dapat melambat dan kinerja pasar aset, termasuk pasar properti juga dapat terpengaruh," ujar ekonom DBS Group Holdings Ltd., Samuel Tse sebelum pengumuman suku bunga.
Namun, DBS memperkirakan pemulihan ekonomi yang lebih luas di paruh kedua tahun ini.
Baca Juga
Perbankan lokal akan segera memutuskan apakah mereka akan mengubah basis suku bunga pinjaman sesuai dengan langkah otoritas moneter. Perbankan seperti HSBC Holdings Plc dan Standard Chartered Plc masih mempertahankan tarifnya.
Tidak hanya Hong Kong, otoritas moneter Brasil turut menaikkan suku bunga utamanya setengah poin persentase dan mengisyaratkan kenaikan lanjutan pada Agustus 2022. Kebijakan ini mengakhiri kampanye pengetatan moneter yang agresif dalam keseimbangan karena prakiraan inflasi 2023 melonjak di atas target.
Bank sentral mengangkat Selic menjadi 13,25 persen pada hari Rabu (15/6/2022). Langkah ini memperpanjang siklus yang mendorong suku bunga 11,25 poin persentase sejak Maret 2021.
Dalam sebuah pernyataan, bank sentral menulis bahwa kebijakan ini adalah langkah tepat untuk memperketat kebijakan moneter secara signifikan ke wilayah yang lebih ketat mengingat harga konsumen yang tinggi.
“Untuk pertemuan berikutnya, Komite memperkirakan penyesuaian baru, dengan besaran yang sama atau lebih rendah,” tulis para pembuat kebijakan, dilansir oleh Bloomberg.