Bisnis.com, JAKARTA - Petani sawit yang tergabung dalam Asosiasi Petani Sawit Indonesia (Apkasindo) akan menggelar demonstrasi di Jakarta lantaran harga tandan buah segar (TBS) tak kunjung naik.
Harga TBS petani rata-rata saat ini masih di kisaran harga Rp1.700 per kilogram (kg) sampai Rp2.200 per kg di tengah harga minyak sawit mentah (CPO) Rp24.800 per kg.
Ketua Apkasindo Gulat Manurung mengatakan harga TBS masih di bawah sebelum ada kebijakan pelarangan ekspor. Saat itu harga TBS berkisar Rp3.500 - Rp4.500 per kg.
Menurutnya, jika hingga akhir bulan Juni TBS petani tak juga membaik, anggota Apkasindo se-Indonesia akan melakukan aksi demonstrasi di depan Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Perekonomian dan Kementerian Pertanian.
“Kalau nggak naik harga TBS kami sampai akhir bulan ini, apa boleh buat, kami petani sawit dari Aceh - Papua akan membanjiri kantor Kemendag, Kemeko Ekonomi dan Kementan,” kata Gulat kepada Bisnis, Kamis (16/6/2022).
Gulat mengatakan, pihaknya tidak akan membatasi peserta aksi seperti aksi pada Mei lalu. Menurutnya, petani sawit di bawah naungan Apkasindo berjumlah 17 juta orang.
Baca Juga
“Dan saya tidak akan membatasi petani kami ke Jakarta. Kalau yang kemarin tanggal 17 Mei, memang saya batasi [ratusan],” tegas Gulat.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan per 14 Juni 2022 telah berhasil menerbitkan 486 persetujuan ekspor (PE) melalui skema DMO terhadap 32 perusahaan dalam rangka percepatan ekspor dan pengosongan tangki-tangki CPO.
Data Kementerian Perdagangan mencatat dari 486 PE tersebut alokasi total PE sebesar 566.614 ton dengan rincian CPO sebanyak 38.570 ton, RBD palm oil 207.581 ton, RBD palm olein 318.363 ton, dan used cooking oil (UCO) 2.100 ton.
Gulat mengatakan penyebab harga TBS yang tak kunjung melesat naik lantaran kebijakan DMO dan DPO tersebut. Selain syarat itu, ada juga pungutan ekspor (PE) US$200 dan bea keluar (BK) US$288 per ton.
“Beban ini tentunya akan ditimpakan kepada petani sawit. Kami usul supaya DMO dan DPO dihilangkan saja, diganti dengan subsidi migor dari dana BPDPKS [Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit],” tutur Gulat.