Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan Indonesia Mei 2022 mengalami surplus US$2,9 miliar.
Surplus ini jauh lebih rendah dari surplus bulanan pada April 2022, sebesar US$7,56 miliar. Ini merupakan surplus beruntun dalam 25 bulan terakhir.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto mengungkapkan bahwa penyumbang surplus terbesar bahan bakar mineral, besi dan baja, serta lemak hewan dan nabati
Nilai ekspor Indonesia Mei 2022 mencapai US$21,51 miliar atau naik 27 persen dibanding ekspor Mei 2021. Namun, jika dilihat secara bulanan, angka ekspor turun 21,29 persen (month-to-month/mtm).
"Ekspor secara tahunan masih meningkat, meskipun mengalami perlambatan," ungkap Setianto.
Secara sektor, ekspor migas meningkat signifikan menjadi US$1,5 miliar atau naik 54,49 persen (year-on-year/yoy) dan 4,38 persen (mtm).
Baca Juga
Sementara itu, ekspor pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami penurunan cukup dalam secara bulanan sebesar 25,92 persen menjadi US$290 juta (mtm). Namun, secara tahunan, angka ekspor sektor pertanian ini masih naik sebesar 20,32 persen.
Setianto mengungkapkan penurunan dipicu oleh rekstriksi ekspor produk minyak sawit.
Secara pangsa pasar, ekspor Indonesia didominasi oleh industri pengolahan yang meningkat 25 persen menjadi US$83,73 miliar sepanjang Januari-Mei 2022.
BPS mencatat impor pada Mei 2022 mencapai US$18,61 miliar naik 30,74 persen (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya dan turun 5,81 persen (mtm) secara bulanan.
"Peningkatan tahunan ini jauh lebih rendah dari Mei 2020," ujar Setianto.
Dari kategori barang, seluruh impor mengalami penurunan secara bulanan. Penurunan terbesar tercatat pada konsumsi sebesar 10,77 persen menjadi US$1,52 miliar (mtm).
Adapun secara tahunan, impor masih meningkat. Pertumbuhan impor terbesar dicetak oleh bahan baku atau penolong sebesar 33,95 persen menjadi US$14,66 miliar (yoy).