Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Komponen Baterai Listrik Masih Impor, Ekonom: Nilai Tambah Lari ke Luar Negeri

Indonesia masih ketergantungan pada produk impor untuk sejumlah komponen baterai listrik.
Perakitan baterai untuk mobil listrik/ Bloomberg
Perakitan baterai untuk mobil listrik/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal mengatakan potensi nilai tambah dari rencana pembangunan industri baterai kendaraan listrik terintegrasi di dalam negeri bakal terkontraksi dari sebagian ongkos komponen pembentuk baterai yang belum dapat diproduksi di dalam negeri.

Faisal mengatakan ketergantungan pada produk impor dari sebagian komponen pembentuk seperti anode, elektrolit, selubung (casing) dan separator bakal menyebabkan potensi nilai tambah industri baterai listrik itu justru lari ke luar negeri.

“Peningkatan nilai tambah itu baru bisa maksimal kalau dia terhubung dalam industrinya tersambung dari hulu sampai hilirnya dari penambangan, pengolahan di smelter lalu input lanjutan seperti katoda, tetapi untuk anode, elektrolit dan casingnnya belum,” kata Faisal melalui pesan suara, Minggu (12/6/2022).

Artinya, kata dia, potensi dampak ekonomi berlipat atau multiplier effect dari kegiatan industri baterai listrik itu tidak optimal terserap di dalam negeri. Misalnya, serapan modal dan juga tenaga kerja justru terjadi di negara asal impor. Selain itu, nilai produk atau barang input impor itu juga relatif mahal yang belakangan ikut mengerek biaya produksi.

“Kalau sudah ada yang tertarik untuk investasi kita bisa menarik multiplier effect itu ke dalam bukan hanya harga input jadi murah tetapi juga akan ada serapan tenaga kerja yang luas,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) memperkirakan permintaan mobil dan motor listrik masing-masing bakal tembus di angka 400 ribu unit dan 1,2 juta unit atau tumbuh sampai 4 kali lipat pada 2025 mendatang. Sementara itu, IBC belakangan masih mencari investor prospektif untuk membangun industri pembentuk komponen sel baterai yang belum dapat diproduksi di dalam negeri seperti anoda, elektrolit, selubung dan separator.

SVP Corporate Strategy & Business Development Indonesia Battery Corporation (IBC), Adhietya Saputra mengatakan pasar baterai kendaraan listrik bakal tumbuh signifikan seiring dengan proyeksi peningkatan permintaan mobil dan motor listrik hingga 2025 mendatang. Berdasarkan proyeksi IBC, kebutuhan daya dari baterai listrik secara global mencapai 1.600 Giga Watt hour (GWh) sementara permintaan domestik diperkirakan sekitar 60 GWh pada 2030.

“Adapun, IBC turut menargetkan ekspor baterai listrik mencapai 200 GWh untuk memenuhi kebutuhan dunia yang diperkirakan total permintaannya mencapai 1.600 GWh pada 2030 mendatang,” kata Adhietya dalam acara Closing Bell CNBC Indonesia dikutip Minggu (12/6/2022).

Hanya saja, Adhietya menuturkan, hampir 50 persen beban ongkos pengerjaan sel baterai belum dapat diproduksi di dalam negeri. Keadaan itu dikhawatirkan dapat menyebabkan target pemenuhan daya dari baterai listrik itu tidak dapat memenuhi permintaan kendaraan listrik ke depan.

Adhietya berharap produksi sejumlah komponen pembentuk sel baterai itu dapat ikut diproduksi di dalam negeri untuk mengurangi beban ongkos dan mengoptimalkan margin produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper