Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyampaikan, pemerintah perlu mempertimbangkan untuk merevisi pertumbuhan ekonominya, melihat kondisi inflasi global saat ini.
Ditambah lagi dengan adanya rencana pemerintah untuk menghemat belanja anggaran kementerian/lembaga, menurutnya sudah menjadi salah satu acuan untuk merevisi target pertumbuhan ekonomi.
"Kenapa? Karena kalau kita lihat belanja pemerintah, ini merupakan salah satu kontributor," kata Yusuf kepada Bisnis, Kamis (9/6/2022).
Tanpa revisi ataupun penghematan anggaran, kata dia, proyeksi dari CORE untuk pertumbuhan belanja pemerintahan tahun ini berada di level pertumbuhan negatif atau lebih rendah dari tahun lalu.
Jika pemerintah resmi menjalankan kebijakan penghematan belanja anggaran k/l, maka ini akan berpengaruh terhadap keseluruhan belanja pemerintah itu sendiri.
Di lain sisi, inflasi global juga dirasakan oleh masyarakat emerging market termasuk Indonesia. Inflasi yang cukup tinggi ini dapat berkontribusi terhadap terpentalnya daya beli masyarakat terutama kelompok menengah ke bawah.
Sementara itu, Yusuf skeptis belanja tambahan subsidi sudah cukup menjaga daya beli kelompok masyarakat menengah ke bawah. Sehingga kata dia, pemerintah perlu mempertimbangkan untuk merevisi pertumbuhan ekonominya, melihat dari kondisi inflasi global dan juga rencana pemerintah untuk menghemat budget.
Oleh karena itu, pemerintah perlu memangkas asumsi pertumbuhan ekonomi di kisaran 4 persen hingga 5 persen.
"Jadi ada koreksi sedikit yang disumbangkan oleh belanja pemerintah yang terkoreksi dan juga potensi tertekannya konsumsi masyarakat, terutama yang menengah ke bawah akibat dari muara inflasi global," ujarnya.
Sejumlah lembaga internasional diketahui memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022. Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospect (GEP) June 2022 memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di level 5,1 persen untuk 2022 dari prediksi sebelumnya.
Sementara itu, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) juga memangkas proyeksinya menjadi 4,7 persen untuk 2022, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,2 persen.
Baca Juga