Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan belum ada kenaikan investasi yang signifikan pada kegiatan eksplorasi blok minyak dan gas (Migas) baru di dalam negeri seiring dengan reli kenaikan harga minyak mentah pada tahun ini.
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) disebutkan masih menghitung ulang rencana investasi pada kegiatan eksplorasi blok Migas baru itu lantaran ongkos operasi yang relatif mahal jika dibandingkan dengan negara lain. Alasannya, sebagian besar wilayah kerja (WK) Migas sudah berusia lebih dari 25 hingga 50 tahun. Dengan demikian, biaya produksi dan pemeliharaan lapangan itu terus meningkatkan sementara kapasitas produksi terus melorot.
Di sisi lain, potensi cadangan Migas dalam negeri telah beralih ke wilayah timur dan laut lepas. Artinya, ongkos operasi bakal lebih mahal untuk membiayai infrastruktur yang relatif belum ajeg di kawasan itu.
“Kami dari operasional belum ada kenaikan [investasi pada kegiatan eksplorasi] yang signifikan,” kata Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno melalui pesan singkat, Selasa (7/6/2022).
Julius berharap tren investasi pada kegiatan eksplorasi dan eksploitasi Migas dapat meningkat seiring dengan momentum harga minyak mentah dunia yang masih tertahan tinggi hingga pertengahan tahun ini. Kegiatan investasi pada sektor hulu Migas itu, kata dia, diharapkan dapat meningkatkan torehan produksi terangkut atau lifting Migas ke depan.
“[Tapi] kita masih on the track untuk implementasi program kerja yang sudah disepakati untuk 2022 ini dengan segala tantangan operasionalnya,” tuturnya.
Baca Juga
SKK Migas mencatat realisasi investasi pada sektor hulu Migas mencapai US$2,1 miliar atau setara dengan Rp30,3 triliun hingga triwulan pertama tahun ini. Artinya realisasi pada sektor hulu Migas itu baru mencapai 16 persen dari target US$13,2 miliar atau setara dengan Rp190,4 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022.
Kendati demikian, setoran dari sektor hulu Migas pada kas negara relatif tinggi hingga triwulan pertama tahun ini. Berdasarkan catatan SKK Migas, realisasi setoran hulu Migas mencapai US$4,4 miliar atau setara dengan Rp63,4 triliun pada kas negara.
Data Bloomberg hingga Selasa (7/6/2022) 15.13 WIB menunjukkan harga minyak mentah Brent berada di angka US$120.06 per barel untuk pengiriman Agustus 2022. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) sudah diperdagangkan dengan nilai mencapai US$119.20 per barel untuk kontrak Juli 2022.
Seperti diberitakan sebelumnya, harga minyak mentah dilaporkan telah membukukan kenaikan mingguan keenam setelah pertemuan OPEC+ yang sebelumnya sangat diantisipasi. Namun ternyata menghasilkan sedikit keputusan sehingga gagal meredakan kekhawatiran pasar.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (6/6/2022), pertemuan OPEC+ sebelumnya dinilai gagal meredakan kekhawatiran pasar sehingga potensi defisit pasokan minyak terus melebar, sehingga pada akhir pekan Jumat (3/6/2022) harga WTI naik secara mingguan sebesar 3,3 persen sehingga berada di atas US$118 per barel.
"Harga minyak mentah tetap berpotensi naik, karena pedagang sektor energi menerima dampak dari pertemuan OPEC+. Oleh sebab itu, pasar minyak akan tetap dijaga ketat sepanjang musim panas ini," kata Ed Moya, analis pasar senior Oanda, dikutip pada Bloomberg, Senin (6/6/2022).