Bisnis.com, JAKARTA — Plh. Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Djoko Widajatno memprediksi harga komoditas tambang stabil tahun ini setelah terjadi kenaikan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Djoko menuturkan hal tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor seperti daya beli negara-negara konsumen yang cenderung terbatas karena terdampak inflasi.
"Harga komoditas tambang tahun ini masih akan stabil. Naik terlalu tinggi juga tidak karena kemampuan beli juga terbatas akibat inflasi," kata Djoko kepada Bisnis.com, Minggu (5/6/2022).
Dia menambahkan, terdapat tiga hal yang memengaruhi fluktuasi harga komoditas tambang. Salah satunya kondisi pasokan dan permintaan serta faktor eksternal seperti la nina yang mengganggu kinerja sektor pertambangan.
Sekadar informasi, harga acuan batu bara pada Juni 2022 menyentuh angka US$323,91 per metrik ton, kemudian harga nikel pada Mei 2022 US$33.415,75 per metric ton, kemudian harga acuan tembaga pada Mei 2022 US$10.311,18 per metric ton.
Harga batu bara acuan pada Juni 2022 menjadi yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Secara year-to-date, HBA batu bara tumbuh 104,36 persen.
Baca Juga
Naiknya harga komoditas pertambangan dan energi bahkan mendorong kinerja Indeks IDX Energy melampaui indeks harga saham gabungan. Secara year-to-date, kinerja IDX Energy tumbuh 54,4 persen, sedangkan IHSG tumbuh 9,14 persen.
Tingginya permintaan terhadap komoditas di pasar global menandai berlanjutnya prospek IDX Energy pada sisa tahun ini.
Sejumlah emiten merespons kondisi pasar pada tahun ini dengan strategi ekspansi lebih agresif dan turut didasari kinerja moncer pada awal 2022.
Geliat saham di indeks IDX Energy turut mempengaruhi kinerja Indeks IDX BUMN 20.Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), JII terpantau naik 0,39 persen pada level 419,59 pada perdagangan Jumat (3/6/2022).