Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat inflasi tahunan Indonesia meningkat 3,55 persen (year-on-year/yoy) dibandingkan 2021. Analis membeberkan sejumlah faktor penyebab melonjaknya angka inflasi.
Analis Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto menyampaikan tingkat inflasi tahunan Indonesia pada Mei 2022 merupakan yang tertinggi sejak Desember 2017, karena monthly low base yang lebih rendah. Sejumlah faktor penyebab inflasi di antaranya harga pangan, transportasi, dan komoditas berupa bahan baku protein hewani.
“Harga pangan tetap menjadi sumber terbesar inflasi bulan Mei dengan menyumbang 0,40 persen,” ujar Rully dalam hasil risetnya, dikutip Sabtu (4/6/2022).
Transportasi menjadi sumber penyumbang inflasi kedua, dengan kontribusi sebesar 0,08 persen disebabkan libur musiman saat Idulfitri. Sementara komoditas makanan yang menyumbang inflasi antaralain telur ayam 0,05 persen, ikan segar dan bawang merah masing-masing 0,04 persen, serta daging sapi, jeruk, sawi, dan roti manis masing-masing 0,01 persen.
Meski begitu, pemulihan ekonomi yang terus berlanjut seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat membuat inflasi inti tetap solid dengan pertumbuhan relatif stabil 2,58 persen secara tahunan pada Mei 2022.
Sementara itu, tingkat volatilitas dan harga di sektor energi terus meningkat masing-masing 6,05 persen dan 4,18 persen year-on-year (yoy). Hal ini disebabkan permintaan barang konsumsi yang terus meningkat di tengah percepatan pemulihan ekonomi.
“Namun, kami memperkirakan inflasi tahunan dan bulanan akan menurun di bulan mendatang karena faktor musiman setelah hari raya Idulfitri,” imbuh Rully.
Bank Indonesia dalam rilisnya menyatakan, inflasi inti dalam negeri tetap terjaga di tengah permintaan domestik yang meningkat. Hal ini didukung stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi.
Di tataran global, harga energi dan pangan juga tetap tinggi karena dampak konflik geopolitik Rusia-Ukraina. Harga minyak mentah WTI dan Brent meningkat lebih dari 50 persen dibandingkan akhir 2021, yaitu masing-masing senilai US$112,56 dan US$113,36 per barel. Sedangkan komoditas gandum, jagung, dan kedelai juga mengalami peningkatan harga sekitar 30 persen hingga 50 persen tahun ini.