Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pupuk Indonesia: Pasokan Pupuk Nasional Aman dari Dampak Perang Rusia-Ukraina

PT Pupuk Indonesia (Persero) memastikan pasokan pupuk di Tanah Air aman hingga akhir 2022 walaupun ada moratorium di beberapa negara akibat Perang Rusia-Ukraina.
Petani menabur pupuk pada tanaman padi di Aceh Besar, Aceh, Selasa (11/8/2020). /ANTARA
Petani menabur pupuk pada tanaman padi di Aceh Besar, Aceh, Selasa (11/8/2020). /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pupuk Indonesia (Persero) memastikan pasokan pupuk di Tanah Air aman hingga akhir 2022 kendati sejumlah negara pemasok utama seperti China dan Rusia melakukan moratorium ekspor sejak tahun lalu. Terganggunya pasokan pupuk ke Tanah Air juga terganggu akibat perang antara Rusia dan Ukraina yang masih terus berlangsung

SVP Komunikasi Korporat Pupuk Indonesia Wijaya Laksana mengatakan perseroan merealisasikan 9,1 juta ton pupuk bersubsidi per tahun untuk jenis urea, NPK, ZA, SP 36, dan organik. Angka realisasi tersebut setara dengan kebutuhan pupuk dalam negeri untuk kategori subsidi, yakni 9 juta ton per tahun.

Total, jelas Wijaya, Pupuk Indonesia memiliki kapasitas produksi sekitar 13,7 juta ton per tahun dengan realisasi 12,3 juta ton per tahun. Sekitar 75-80 persen diprioritaskan untuk kebutuhan subsidi.

"Kebutuhan pupuk jumlahnya masih bisa dijaga. Dalam waktu dekat belum ada masalah. Setidaknya sampai dengan akhir tahun ini," ujar Wijaya kepada Bisnis, Rabu (1/6/2022).

Perlu diketahui, Indonesia sangat bergantung kepada pupuk majemuk atau NPK (Nitrogen atau urea, phospate, dan kalium atau potasium). Untuk jenis urea, pasokannya dapat dipenuhi dari dalam negeri.

Namun, untuk jenis phospate Indonesia dikatakan belum memproduksi dalam jumlah yang signifikan dan bergantung kepada pemasok besar seperti China dan negara di Timur Tengah, salah satunya Yordania.

Masalahnya, moratorium ekspor pupuk yang dilakukan China sejak tahun lalu mengurangi pasokan pupuk dunia sebesar 20 persen. Malium atau potasium pun 30 persen kebutuhan global dipasok dari Rusia dan Belarusia.

"Sehingga harga pupuk jenis phospate dan kalium 4 kali lipat harga normalnya," kata Wijaya.

Harga normal dari pupuk NPK berkisar US$400 per ton. Namun, pada awal 2022 harga pupuk tersebut melonjak hingga US$1.200 per ton.

Di Tanah Air, sambung Wijaya, dampaknya adalah tingginya harga pupuk non subsidi yang dialami oleh semua produsen pupuk. Untuk pupuk bersubsidi, Pupuk Indonesia memberlakukan harga 10 persen dari nilai normal.

Sementara itu, untuk mengamankan pasokan pupuk phospate yang terancam oleh aksi moratorium negara pemasok utama dan kekhawatiran terhadap Perang Rusia - Ukraina, perseroan menjalin kerja sama dengan Jordan Phospate Mines Co. Plc (JPMC).

JPMC merupakan produsen pupuk dari Yordania yang sebelumnya sudah menjalin kerja sama dengan PT Pupuk Kaltim Dan PT Petro Jordan Abadi Co. melalui kemitraan dengan Indonesian Gresik Petrochemicals Co.

"Kami sudah bekerja sama dengan mereka untuk off take produk mereka demi memastikan ketersediaan pupul phospate pada tahun-tahun berikutnya," jelasnya.

Langkah tersebut diambil seiring dengan adanya kekhawatiran perang Rusia-Ukraina akan terjadi berkepanjangan sehingga negara-negara dunia berebut komoditas pupuk. Dengan demikian, kata Wijaya, Indoneisa harus gerak cepat mengamankan persediaan pupuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper